YOU CAN GET ALL

Thursday, 8 July 2010

Sudah Kondang batal NUNGGANG


– Dirjen Pajak M. Tjiptardjo pun takkan malu seperti ini. Anak buah banyak yang jadi “tikus negara” itu karena korupsi sudah membudaya. Tapi kalau sudah duduk di pelaminan, lalu pengantin wanita malah kabur, bagaimana Kasdulah, 27, tak dibuat malu? Sudah kondang batal nunggang, apa kata dunia?

Alkhaya’u minal iman, malu bagian dari iman, begitu kata hadis Nabi. Tapi jika keimanan kita diukur dengan batalnya ke pelaminan, sanggupkah kita menjalani? Ini pula lakon yang dialami Kasdulah, warga Jalan Sludang, Sumenep (Madura). Di kala tamu telah berdatangan dan siap memberikan ucapan selamat, tapi dia tetap sendirian di kursi pelaminan. Mereka saling berbisik, mana pengantin wanitanya? Dan Kasdullah pun hanya bisa menjawab: auah gelap!

Sudah empat tahun lalu sebenarnya Kasdullah pacaran dengan Asminah, 24, gadis kembang desa Kebonagung, Sumenep. Selama itu mereka mengadakan penjajagan, sebelum koalisi permanen betul-betul dibangun dalam bingkai rumahtangga. Cuma karena pergaulan mereka kelewat akrab, orangtua kedua kubu merasa khawatir bahwa dari penjajagan tersebut, lama-lama Kasdullah berani “menjajagi” kedalaman kehormatan Asminah sebelum resmi jadi suami istri.

Orangtua pun berembug, minta segera hubungan keduanya diresmikan. Awalnya Kasdulah maupun Asminah menolak, dengan alasan belum punya persiapan memadai. Tapi orangtua si gadis segera menyitir ucapan Bung Karno tahun 1960-an, bahwa tehnokrat-tehnokrat Indonesia masih kalah dengan tukang becak. “Para insinyur itu mau menikah setelah punya rumah dan mobil, sedangkan tukang becak dengan modal tikar dan bantal saja, sudah berani mengawini anak orang.”

Walhasil, Kasdullah – Asminah pada akhirnya mau juga diresmikan sebagai suami istri. Modal semuanya dari pihak orangtua, sedangkan mereka selaku calon pengantin cukup banyak membaca buku teori berumahtangga, misalnya buku lama yang berjudul “Surga Perkawinan” karangan Amir Taat Nas dari Medan. Atau kliping koran yang memuat tulisan dr. Naek L. Tobing ahli “naik-naikan” itu.

Dua hari lalu sekitar pukul 09.00 ijab kabul antara Kasdullah – Asminah telah dilangsungkan dengan dihadiri sanak kerabat. “Saya terima nikahnya Asminah dengan maskawin Rp 2,5 juta, dibayar tunai…!” kata Kasdullah dengan mantap. Dan ketika saksi mengatakan: sah, dalam hati mempelai lelaki berteriak: “Cihuuuuu, jadi juga nanti malam saya mbelah duren jatohan…..!” Apa lagi setelah surat nikah warna hijau diserahkan, kedua mempelai senyum-senyum karena sudah resmi punya SIM, sehingga motor itu bisa dikendarai kapan saja suka.

Malam harinya resepsi berlangsung di rumah Asminah. Tapi mempelai wanita yang sedari sore sudah mengenakan pakaian kebesaran, tiba-tiba lenyap bagaikan ditelan bumi. Hingga kedua mempelai itu harus duduk di kursi pelaminan, Asminah tak diketahui di mana keberadaannya. Walhasil Kasdullah terpaksa duduk sendirian di kuwade (kursi), sehingga mirip cah ilang. Daripada malu, resepsi terus dilanjutkan, meski seribu tanda tanya bergelayut di hati keluarga dan para tamu. “Ini pasti ada rekayasa dari pihak ketiga,” kata orangtua Kasdullah.

Kata Susno Duadji, ini “dirijen” yang tak perlu tahu not balok. (JP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Cuma punya alat KEJANTANAN


– Ternyata Darnoto, 50, cuma punya alat kejantanan saja, tapi tak jantan ketika menghadapi masalah. Disusul WIL-nya ke rumah, langsung panik, karena istri mencak-mencak. Bingung menyelesaikan kemelut yang dibuatnya sendiri, lelaki dari Gunung Kidul (DIY) ini langsung minum apotas hingga wasalam.

Hebat juga Darnoto ini. Kerja bukan di Kantor Pajak, tapi berani punya selingkuhan. Padahal punya WIL haruslah padat modal. Bagaimana tidak? Sebab dengan WIL sama saja punya dua dapur, karena si wanita pastilah tidak mau jika hanya dapat pasokan onderdil tanpa jaminan materil. Malah kalau bisa, tanpa onderdil pun nggak masalah, karena yang penting materil mengalir terus sampai jauh bagaikan lagu Bengawan Solo riwayatmu ini…..

Begitulah, lelaki dari Desa Gluntung Kecamatan Patuk Gunung Kidul ini tanpa terasa sudah dua tahun lebih memiliki WIL dari kota Yogya. Ini terjadi ketika urusan dagang di negara (baca: kota) begitu orang pinggiran DIY menyebut, sering Darnoto harus pakai menginap segala. Nah, di kala sendirian sedangkan “si jendul” menagih apa yang menjadi haknya, dia menyelesaikannya dengan cara mengambil WIL. Dan ternyata, meski rasa sama saja, tapi WIL jauh lebih punya greng dan stromnya mencapai 240 volt!

Penampilan keseharian Darnoto memang kalem glendam-glendem macam Bahasyim oknum pejabat Ditjen Pajak itu. Cuma bedanya, kalemnya Bahasyim diam-diam punya simpanan uang hingga Rp 64 milyar, sedangkan kalemnya Darnoto karena diam-diam punya simpanan wanita alias Simaskot non BRI. Tetapi kalau ketahuan, akibatnya sama saja. Bahasyim dikutuk rakyat, Darnoto dikutuk dan disumpahi istri dan anak-anaknya.

Selama punya WIL di kota Yogya, bila menginap Darnoto sudah barang tentu selalu mangkal di rumah gendakannya. Cuma setelah usaha dagangnya lesu, dia tidak lagi melakukan ekspansi bisnis ke kota, sehingga ekspansi ke ranjang WIL-nya juga terhenti. Biasanya dalam seminggu bia mangkal dan “mengkal” sebanyak dua kali, kini sudah 2 bulan lagi tak ada “pengkal-pengkalan” di ranjang Lastri, 41, gendakan Darnoto.

Bagi Lastri sih, lama tak di-“pengkal” PIL-nya, tak menjadi masalah, sebab tuntutan di bawah perut tak begitu mendesak daripada tuntutan perut itu sendiri. Jelasnya, semenjak Darnoto tak menginap di rumahnya, dia benar-benar kesulitan logistik untuk kebutuhan sehari-hari. Bayangkan, biasanya hanya bilang “mas…..”, uang Rp 50.000,- atau Rp 100.000,- dari Darnoto langsung masuk ke dompet, sedangkan sekarang sang PIL tak pernah lagi memanjakannya.

Mungkin karena kepepet, beberapa hari lalu Lastri nekad menyusulnya ke tempat asal Darnoto di Gluntung Kecamatan Patuk. Nah, begitu ketemu rumah sang PIL, tanpa tedeng aling-aling dia memperkenalkan diri sebagai PIL Darnoto. Tentu saja istri Darnoto terkesiap dan kemudian mencak-mencak. Bukan saja marah pada si wanita pendatang baru, tapi juga mengomeli suami habis-habisan. “Kerja dulu di Kantor Pajak, lalu jadi “markus” kayak Gayus, baru punya selingkuhan….,” kata istri Darnoto.

Diomeli dua wanita sekaligus, Darnoto betul-betul nampak aslinya. Bila selingkuh membutuhkan kejantanan, tapi menghadapi problem yang dibuatnya sendiri dia tak bisa bersikap jantan. Bukan menengahi dua wanita itu, tapi malah kabur ke belakang. Mau terjun ke sumur dihalang-halangi tetangga, dia nekad minum racun apotas hingga terkapar dan mulut berbusa. Saat hendak dilarikan ke RSUD Wonosari, Darnoto keburu wasalam dalam perjalanan.

Jantannya Darnoto sekadar di atas ranjang! (KR/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

GAGAL panjat bini TETANGGA


- Sok banget Sartam, 45, jadi orang. Panjat tangga saja tidak berani, malah mencoba “memanjat” istri tetangga yang sudah lama diincarnya. Boro-boro Ny. Denok, 46, melayani di ranjang.Justru dia teriak, sehingga Sartam jadi bulan-bulanan warga. Untung saja ada polisi lewat, sehingga berhasil diselamatkan dan nyawanya tak perlu wasalam.

Sebagai lelaki, mestinya soal panjat tangga saja, Sartam pasti bisa. Tapi ternyata dia punya penyakit takut ketinggian atau singunen, sehingga ketika dipaksakan tubuh malah gemetar tidak keruan. Karenanya, ketika genting di rumah melorot atau bocor, untuk membetulkannya Sartam memilih minta tolong menyuruh orang. Dia memilih kehilangan uang Rp 10.000, atau Rp 20.000,- dari pada kehilangan nyawa gara-gara jatuh dari tangga.

Ironisnya, bila urusan tangga dia takut sekali, urusan bini tetangga dia hobi banget. Sudah lama sebenarnya Sartam mengincar Ny. Denok bini Kamsidi. Wanita ini dalam usia nyaris kepala lima, sepertinya masih menjanjikan sekali. Bodinya padat berisi, kulitnya putih bersih pula. Bulu-bulu halus tumbuh di atas bibirnya, menjadikan dia semakin sensual. Lalu Sartam pun suka berpikir ngeres: “Kantor lurahnya saja begitu banyak bulunya, apa lagi yang di balai kota…..,” kata batin Sartam.

Sebagai lelaki mata keranjang, dia suka menggoda Ny. Denok, dengan kata-kata seronok dan menjurus. Misalnya saat dia menanyakan istri Sartam lewat telepon, Sartam menjawabnya dengan menggoda. Katanya, istri baru mandi, wajib lagi. Lalu Ny. Denok pun ketawanya pecah di sambil bilang: iya deh, percayak. Tapi habis itu telepon ditutup, dan Sartam pun tak bisa melanjutkan canda dan godanya.

Begitulah, Sartam ingin lebih berani, tapi Denok tak pernah memberi peluang. Lama-lama Sartam jadi penasaran, sehingga pernah kelepasan ngomong: “Lama-lama tak perkosa juga ini orang!” Mendengar tekad lelaki ini, setan langsung mengacungi jempol dan siap memberi dukungan, paling tidak melaksanakan hak menyatakan pendapat. “Telaten amat, sikat saja Bleh,” kata setan memberi aplaus.

Suami Denok kebetulan tugas keluar kota, dan Sartam pun mengangap sebagai kesempatan emas. Maka malam harinya lelaki dari Kelurahan Dawuhan Kecamatan Situbondo (Jatim) ini memonitoring kegiatan Denok dari menit ke menit, jam ke jam. Malam harinya Sartam melihat Denok ke kamar mandi yang terletak di luar rumah, untuk pipis. Segera saja Sartam menyelinap dalam kamar wanita itu dan tiduran di kolong ranjang. Jantung di dadaunya berdegup keras, dug dug dug, macam bedug mesjid dipukul di hari Jumat.

Nah, ketika Ny. Denok kembali ke kamar dan ganti celana dalam, nafsu Sartam tak terkendali lagi. Segera saja wanita STNK ini didekap dari belakang, dan dibanting ke ranjang dan ditindihnya. “Aku rindu kamu, yank. Berikan sedikit kehangatan buatku,” kata Sartam sambil terus menggumuli. Prinsipnya, sedikit bicara banyak usaha. Dan suasana dalam kamar itu begitu gaduh.

Tapi boro-boro Ny. Denok memberi pelayanan purna ranjang. Justru dia memberontak meski diacam pakai pisau segala. Karena dia menang medan, Denok berhasil melepaskan diri dari cengkeraman serigala tetangga itu, dan kemudian keluar rumah sambil teriak: maling, maling! Warga pun berdatangan, dan Sartam dikeroyok para tetangga sendiri. Untung saja bersamaan denga itu patroli polisi lewat, sehingga Sartam berhasil diamankan ke Polsek dan langsung menjalani pemeriksaan. Katanya di depan polisi, sudah lama Sartam mendambakan perempuan yang putih dan seksi macam Ny. Denok.

Sapi kan banyak, dicemplak kapan saja kan bisa. (JP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Rekomendasi untuk "SENIOR"


– Bila ada lelaki paling serakah di Lampung Timur, mungkin Mukardi, 45, orangnya. Di rumah sudah punya istri, masih juga mengincar istri orang. Makin lengkap kejahatan dia sebagai pria senior (senang istri orang), karena untuk memiliki Ida, 33, dia nekad menghabisi suaminya atas rekomendasi gendakannya.

Bahwa pria mudah tertarik pada wanita cantik, itu memang sudah kodrat dari sononya. Tanpa ketertarikan pada makhluk lawan jenisnya, niscaya dunia akan mandeg dan manusia tak bertebaran di muka bumi. Tapi meski tertarik, juga harus terukur dan melalui koridor yang ada, jangan asal tabrak macam ayam jago. Maksudnya, jika sudah punya istri, ya sudahlah syukuri saja apa yang ada. Jangan seperti Mukardi ini. Sudah ada “kendaraan” pribadi di rumah, masih juga mengincar “kendaraan” milik orang untuk dicemplaknya.

Di Desa Brajasakti Kecamatan Way Jepara, Mukardi bertetangga dengan Darinto, 35, yang hobinya mancing di kali. Demi pertemanan, Mukardi pun juga mengimbangi dengan hobi yang sama, sehingga keduanya sering mancing bereng. Nilai ikan perolehannya sih tidak seberapa, tapi rasa penasaran ketika mata pancingnya disantap ikan, rasanya endah betul. Det det detttt ….serrrrr, dettt detttt serrrr, kecopakkkkkkk! Ikan pun tergantung di ujung joran.

Tapi sungguh tak dinyana, pendekatan Mukardi atas Darinto tak lebih hanyalah bagian dari grand design (rencana besar) yang jahat. Dia selalu bergaul dengan lelaki tetangga ini, tapi diam-diam ingin pula menggauli istrinya yang lumayan cantik. Dan inilah kemudian yang terjadi. Ketika Darinto mancing sendirian di kali, di rumah diam-diam Mukardi “mancing” Ida di atas ranjang dengan “joran” istimewa. Celakanya, yang “dipancing” senang-senang saja, bahkan cenderung merem melek.

Sudah setahun lalu Mukardi berhasil menyelingkuhi Ida. Sejak dia berhasil mengencani istri Darinto, Mukardi mulai jarang mancing bareng. Suami Ida ini sama sekali tak curiga bahwa absennya dalam hobi bersama, karena sibuk “mancing” istrinya di rumah. Pikir Darinto, Mukardi sibuk dengan pekerjaan sehari-hari demi mengempani keluarga.

Sibuk apaaaa, orang Mukardi bukan pegawai swasta ataupun negeri yang terikat jam kerja. Pekerjaan sehari-hari memang ya menganggur itu. Jika ada pekerjaan, sifatnya temporer, hari ini ada, besuk tiada, atau, hari ini kosong, besuknya banyak dapat orderan. Tapi gara-gara kepenganggurannya tersebut, dia selalu ada waktu untuk mengencani istri Darinto. Herannya lagi, tahu Mukardi hanya panji klantung (penganggur), kok mau saja digendak. Mestinya, mau dijadikan WIL jika Mukardi sebaai PIL punya harta kekayaan macam pegawai Ditjen Pajak Bahasyim atau Gayus Tambunan.

Mungkin “servis” Mukardi sebagai peselingkuh luar biasa, sehingga Ida tak lagi menggunakan akal sehatnya. Bayangkan, demi bisa terus berkencan ria dengan lelaki pengangguran ini, Ida malah merekomendasikan untuk membunuh Darinto. Dalam bayangan wanita ini, setelah suami wasalam, dia bebas menikah dengan Mukardi. “Saya dimadu nggak masalah,” kata Ida mantap sekali.

Nah, atas rekomendasi gendakannya, tanpa pikir panjang Mukardi melaksanakan. Maka kembali dia mengajak Darinto mancing di daerah Labuhan Ratu, Pasir Sakti. Saat suami Ida asyik mancing, tahu-tahu dipentung dari belakang hingga klenger. Mungkin saat itu Darinto dalam keadaan pingsan, tapi oleh Mukardi segera dibuangnya ke sungai sampai membusuk. Karena kepergiannya bersamanya, maka polisi dengan mudah mencurigainya. Awalnya Mukardi ingkar. Tapi setelah ditunjukkan “jejak rekam” selingkuhnya dengan Ida, pengangguran senior ini tak bisa berkutik. “Saya disuruh istrinya, jadi saya sekadar melaksanakan tugas,” bela Mukardi.

Yakkkkk, macam Satpol PP saja. (LP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

SILAKAN lari JANDA dikejar


– Sudah lama Giyanto – Darinah, menjalin asmara di bawah tanah. Tapi cinta mereka tak berujung karena pihak lelaki masih punya istri. Darinah, 51, yang merasa dalam ketidak pastian lalu menikah dengan kakek usia 70 tahun. Giyanto, 51, pun tersinggung. Gagal memiliki, dia berusaha mengejar si janda dan mau membunuhnya.

Pepatah lama mengatakan: jangan bermain api, nanti bisa terbakar. Rupanya Giyanto dari Malang (Jatim) ini tak peduli dengan petatah-petitih orang tua dulu. Sudah jelas main api bisa hangus, eh….masih juga mencoba menggoda janda tetangga. Padahal bila mau berpikir secara jernih, dengan satu istri dan sejumlah anak, mustinya Giyanto tak perlu berbuat semacam itu. Onderdil mungkin masih mampu, tapi materil? Jangankan untuk mengasapi dua dapur, satu dapur saja Giyanto sering kedodoran. Di kantor pekerjaanya ngebon melulu…..!

Demi onderdil, lelaki sering tak berpikir secara riel. Dengan berbagai cara dia mendekati Ny. Darinah, janda STNK yang masih tetangga sendiri di Desa Bandungrejo Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Awalnya susah juga. Tapi berkat kepiawian Giyanto dalam tehnik menaklukan kaum hawa, lama-lama Darinah bertekuk lutut dan berbuka paha juga. Maka kini, janda seksi dan putih itu selalu dijadikan sarapan kedua. Ibarat termos, di rumah sudah ada termos sendiri, tapi di luar dia punya “termos” lain yang bisa diminum kapan saja.

Tapi lama-lama Darinah sadar, menjalin asmara dengan Giyanto bagaikan jalan tak berujung. Sebab ketika diminta menikahi, lelaki ini selalu beralasan. Itu artinya, dia tak mau suratnya, tapi hanya butuh auratnya. Mumpung belum terlanjur babak belur, Darinah segera banting setir. Diam-diam dia menikah dengan Mbah Karto, 70, warga sekampung juga. Meski usia sudah bau tanah, tapi statusnya jelas. Kakek ini mau membawa Darinah dalam kehidupan keluarga sakinah, penuh berkah, dan kalau ada duit bisa umrah ke Mekah.

Mendengar kabar bahwa gendakannya menikah dengan Mbah Karto, Giyanto tersinggung berat. Bukan saja kehilangan “kendaraan”, tapi dia merasa dibanding-bandingkan, dan ini sangat tidak masuk akal. Masak lelaki yang masih begini enerjik, dikalahkan dengan kakek jompo yang sudah mulai dilirak-lirik malaikat. Dan Giyanto paling tidak bisa membayangkan, ketika janda Darinah yang dicintainya itu pada akhirnya disetubuhi lelaki lain.

Giyanto sudah mencoba membujuk Darinah untuk meninggalkan Mbah Kerto, tapi tak digubris. Mangkel sekali hatinya. Diam-diam dia masuk ke rumah istri baru Mbah Kerto dan pasang kabel listrik telanjang. Namun Tuhan masih melindunginya. Meski Darinah sempat kesetrom, tapi tak menyebabkan nyawa wasalam. Mbah Kerto lalu mengadakan penyelidikan, hasilnya kecurigaan jatuh pada Giyanto yang pernah jadi pesaing beratnya. Maka suami istri ini segera lapor polisi.

  • Tahu dicurigai polisi, Giyanto kabur ke Sumbermanjing. Tapi polisi berhasil mengendusnya. Dalam kondisi terpojok, lelaki mata gelap itu langsung minum racun tikus. Saat polisi menemukan, dia dalam kondisi sekarat dan dilarikan ke RSUD Kenjuruhan. Nyawa masih bisa dipertahankan, dan kini masih dalam perawatan intensif. “Saya sakit hati, karena dia lebih memilih si kakek tua bangka,” kata Giyanto pada polisi.

    Biar tua, tapi dia punya onderdil masih orsinil. (Gunarso TS/JP)

Nah Ini Dia

Tak Sabar tunggu PELAMINAN


– Sebagai calon pengantin, agaknya Pawidi, 25, dalam benaknya selalu terbayang urusan ranjang. Namun untuk menunggu hari H-nya, tukang sate dari Klaten ini tak sabar lagi. Kelamaan tiba di pelaminan, Pawidi nekad mengajak sejumlah ABG untuk hubungan kelamin. Walhasil dia malah jadi urusan polisi.

Menjadi raja sehari alias pengantin, memang sangat mengasyikkan. Saking asyiknya, banyak pula lelaki yang hobi jadi pengantin. Di sini sudah punya istri, diam-diam nikah lagi di tempat lain. Walhasil, dia jadi demen nangkring sana nangkring sini. Tapi itu pun kadang tak membuatnya puas. Banyak pula lelaki yang kemudian cari slundingan (menu tambahan) dengan “jajan” di arena pelacuran. Akibatnya, dari hobi menjadi raja sehari itu akhirnya malah terkena ……rajasinga!

Pawidi yang tukang sate di daerah Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten (Jateng) juga sedang bersiap-siap menjadi raja sehari. Calon istrinya jauh di sana, di kampung Mintaragan, Tegal. Masih tiga minggu lagi hari H itu tiba, tapi rupanya program “mbelah duren” berbasis Window SP itu selalu menggoda benaknya. Andaikan dunia berputar bisa dipercepat lagi, ingin rasanya Pawidi segera tiba di hari yang berbahagia itu. “Saya terima nikahnya si Anu dengan maskawin sekian, sah…..!” kata Pawidi selalu seakan sedang gladi resik.

Klaten – Tegal bukan jarak yang dekat. Untuk bisa ketemu doi, setidaknya diperlukan waktu 7 jam. Naik bis dulu Klaten – Kartosura, lalu disambung Kartosura – Semarang. Jika mau cepat, dari Semarang bisa naik bis Patas “Coyo” Semarang – Cirebon. Sungguh perjalanan yang melelahkan. Gara-gara rasa kangen yang mendesak ini, hati Pawidi menjadi risau. “Semalam hatiku risau, mengenang dikau kasihku sayang, tak sabar kumenanti…..,” kata Lilis Suryani dalam lagunya tahun 1960-an. Dan seperti itulah kondisi Pawidi kini.

Sambil terus mendorong gerobak satenya mencari pembeli, pikiran Pawidi selalu diganggu oleh hari H yang menggairahkan itu. Tak sabar menunggu, pikirannya mulai oleng ketika melihat pembeli satenya seorang gadis ABG. Akhirnya si gadis digiring ke sebuah rumah kosong yang sangat dikenalnya. Sekali libas, keperawanan ABG itu terhempas. Dan ternyata, pengalaman itu memang sangat mengasyikkan. Bak orang makan keenakan, Pawidi jadi ketagihan dan njaluk tunggale (nambah lagi).

Sukses dengan kejadian 15 Maret itu, lain hari lagi tukang sate ini mencari obyekan serupa. Saat ketemu Sarmi, 16, ABG yang beberapa hari lalu telah digasaknya 1-0, kembali adegan mesum itu diulangi lagi pada tanggal 18 Maret. Eh, itu belum cukup juga. Tanggal 22 Maret berikutnya, di rumah kosong yang sama Sarmi kembali disetubuhi hingga termehek-mehek. “Sing mbesuk durung karuwan, nanjakake sik sing genah ana (yang akan datang belum tentu, manfaatkan saja dulu apa yang ada),” begitu prinsip tukang sate keliling ini.

Enak buat Pawidi, sudah barang tentu sangat menyesakkan dada keluarga Sarmi. Melihat putrinya jalan ngegang bak roda rontok lakhernya, gadis ABG itu pun diinterogasi untuk menjawab sejumlah pertanyaan. Ngakulah dia bla bla bla. Orangtua Sarmi segera melapor ke Polsek Tulung, sehingga Pawidi yang tengah pergi ke Tegal untuk mempersiapkan perkawinannya langsung diburu. Walhasil rencana indah duduk bersanding di pelaminan itu batal, karena Pawidi dijebloskan ke sel Polsek Tulung.

Jadi tukang sate, hobinya “nyate” sih Mas….! (SP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Suami cemburu membabi BUTA


– Punya suami cemburu buta, sungguh menyiksa istri. Tapi Ratmini, 41, lebih tersiksa lagi, karena suaminya punya rasa cemburu secara membabi buta. Segala gerak istri selalu diawasi, dan gara-gara kecemburuan tak berdasar itu, keributan rumahtangga jadi menu sehari-hari.

Cemburu pertanda cinta, begitu kata ahli asmara cinta. Tapi jika kadar kecemburuan itu sangat berlebihan dan kemudian menjelma sebuah proteksi, jelas istri akan tidak nyaman atas kecemburuan itu. Bayangkan, jika akibat kecemburuan itu istri tak boleh begini begitu, tapi maunya digituin terus. Jika ada ayam mati di lumbung padi, bisa-bisa istri pun mati di lumbungnya cinta suami.

Secara jujur harus diakui, Ratmini termasuk wanita cantik di kelasnya; putih, betis mbunting padi dan seksi. Sedangkan Parmanto, 45, item, jelek lagi. Maka bila suami istri ini jalan berdua, rasanya seperti melihat burung gagak nggondol telur ayam kampung. Orang pun kemudian berkomentar dalam hati. “Nggak salah nih, kok mau-maunya perempuan ini menikah dengan sogok telik (baca: jelek sekali).

Tapi itulah yang namanya jodoh. Dan Parmanto pun layak dapat istri secantik Ratmini, karena dia memang pintar cari uang, meski belum sekelas Gayus Tambunan. Yang jelas, hidup di samping dan bawah Parmanto, perempuan ini tercukupi segalanya. Minta apapun pasti keturutan (terpenuhi), karena sabetan Parmanto sebagai pegawai cukup besar. Dan lihat saja bila Ratmini mau pergi resepi, perhiasan di tubuhnya laksana toko emas mlaku (berjalan).

Tapi bahagiakah Ratmini dengan kondisi serba ada seperti itu? Justru tidak. Sebab Parmanto suaminya ini cemburunya minta ampun. Dia selalu merasa bahwa istrinya yang cantik itu sewaktu-waktu bisa terlepas gara-gara kondisi pisik yang tak berimbang. Maka agar istri tak mudah tergoda lelaki lain, gerak geriknya selalu diawasi macam Komjen Susno Duadji. Bila pergi tanpa bareng suami, pulangnya harus menjawab 38 pertanyaan dari 40 soal yang diberikan. “Perginya tadi sama siapa dan ke mana saja?” begitu antara lain pertanyaan itu.

Sejak rumahtangganya dibangun 15 tahun lalu, Ratmini sudah merasakan sifat buruk suaminya itu. Awalnya dia merasa senang juga, tapi lama-lama njelehi (bikin muak). Ketika anak pertama telah lahir, kadar cemburu suami yang berlebihan itu semakin menghimpit perasaan Ratmini. Bayangkan, ketika dia mengaku pergi sama bu Anu, diam-diam Parmanto mengecek kepada ibu-ibu yang disebutnya itu.

Pernah juga sekali waktu, Ratmini pergi tanpa sempat pamit suami. Eh, setibanya di rumah langsung ditelanjangi, diperiksa disegala penjuru, adakah tanda-tanda jamahan lelaki lain, dari sidik jari atau sidik mulut. Ketika Parmanto menemukan bekas cupang di dada istri, langsung diinterogasi secara intensip. “Lho, ini kan bekas cupang sampean semalam to mas…,” kata Ratmini. Parmanto pun menghentikan pemeriksaan dengan tersipu-sipu. Malu, karena masih muda sudah pelupa macam Unun Nurbaeti.

Gara-gara kecemburuan di luar batas, pernah Ratmini minta cerai, tapi suami tak mengizinkan, bahkan sampai diadakan sidang keluarga segala. Tapi meski sudah berjanji akan mengubah perilaku, beberapa hari lalu warga Desa Randuadung Kecamatan Singosari Malang ini kembali ke tabiat lama. Bahkan lebih kesetanan lagi. Sebab dia mengasah samurai, sehingga Ratmini dan anaknya memilih mengunci diri dalam kamar. “Buka nggak pintunya, tak pateni kabeh mengko (kubunuh semua nanti),” ancam Parmanto sambil menendang pintu. Keluarga kembali menengahi. Tapi karena tak tahan diteror mentalnya selalu, akhirnya Ratmini mengadu ke Polsek Singosari.

Bagus itu: bila cemburu berlanjut, hubungi polisi terdekat! (JP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Habis Cium terbitlah PENTUNG


- Mengencani bini tetangga mengasyikkan, ngkali ya? Tapi ketika ketahuan suaminya, lebih asyik lagi, tuh. Setidaknya ini pengalaman Kenthut, 40. Baru saja “cup-cup ajino moto” sama Ny. Lastri, 46, tahu-tahu dikemplang kayu oleh Jatmiko, 56, suami gendakannya. Kontan dia pingsan dan jadi urusan polisi dan rumahsakit.

Ini kisah asmara lintas tetangga. Yang satu kesepian karena sering ditinggal suami, yang satunya lagi sedang doyan-doyannya karena dalam usia puber kedua. Lantaran saling membutuhkan itulah, kerjasama nir laba dalam bidang asmara itu berlangsung secara seksama di Desa Sukadono Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik (Jatim). Tapi setelah kebak sudukane (banyak berbuat mesum), tibalah masa sial itu bagi Kenthut. Baru saja “pemanasan” bersama Ny. Lastri di dekat kandang ayam, tahu-tahu bug……kayu lumayan gede mendarat di gundul.

Kenthut memang masih muda dan enerjik. Dalam usia 40 tahun kini, orang menyebutnya sebagai puber kedua. Karenanya nafsu Kenthut menjadi tinggi sekali, dijatah seminggu dua kali oleh istrinya di rumah, tidaklah cukup. Ibarat orang makan, dia masih terasa lapar melulu. Dan seperti lazimnya orang kelaparan, jatah di rumah tidak mencukupi, mulailah jajan di luar; entah itu bakso, mie pangsit atau ketoprak yang tidak pakai humor.

Dan Kenthut ternyata orangnya nggragas (rakus) sekali. Cari jajanan di luar tidaklah mencari di tempat jauh, tapi justru di dekat-dekat rumahnya saja. Kebetulan dia punya tetangga yang istrinya lumayan cantik. Wajah Ny. Lastri memang biasa-biasa saja, tapi bodinya meck……seksi menggiurkan. Dalam usia 46 tahun kini, bini Jatmiko ini nampaknya masih STNK (Setengan Tua Ning Kepenak). Setiap kali melihat tetangganya ini melintas, pendulum Kenthut selalu kontak, dan kemudian membayangkan hil-hil yang mustahal.

Sebetulnya sudah lama dia nginceng (mengincar) Ny. Lastri, tapi karena keperluan belum begitu mendesak, keinginan itu belum muncul di permukaan. Tapi setelah menginjak usia puber kedua ini, Kenthut lalu ingin coba-coba. Kebetulan pula dia melihat, Jatmiko suaminya yang guru ini kalau mengajar sampai malam hari. Bahkan, beberapa kali Kenthut melihat Mas Guru pergi ke luar kota hingga berhari-hari. “Ah, mbak Lastri pasti sering kesepian nih,” begitu Kenthut berkesimpulan.

Yakin dengan hipotesanya, coba-coba dia mengadakan penjajagan. Ketika ketemu Lastri seusai belanja di warung, digodanya dengan kata-kata seronok dan menjurus. Eh, ternyata wanita ini meresponnya. Lain hari Kenthut lebih agresip lagi, dengan cara mencolek wanita itu. Ternyata reaksinya hanya pendek saja: “Ssst, nanti ada yang lihat lho….!” Wah, itu artinya, jika tak ada yang lihat bolehlah dicoba. Nah, dengan keyakinan itu, Kenthut menjadi semakin berani. Di kala mas guru Jatmiko mulang (mengajar) di kelas, di rumah istinya juga mulang dalam arti kemule ilang (selimutnya hilang), karena diserobot Kenthut.

Sejak itu, setiap Jatmiko ke luar kota, Kenthut – Lastri pasti berbagi cinta di ranjangnya. Tapi beberapa hari lalu, saat keduanya baru “pemanasan” di dekat kandang ayam, ketahuan Jatmiko langsung. Tentu saja Kenthut langsung kabur. Tapi mas guru ini lalu mengajak mertuanya untuk memberi pelajaran. Nah, bersama bapaknya Lastri, lelaki yang baru menciumi bini tetangga itu dicari. Saat dia baru medang (minum) di warung, tahu-tahu digebuk pakai kayu. Kontan Kenthut ndlosor (terkapar) dan pingsan. Sementara dia dilarikan ke RSU Gresik, Jatmiko dan mertuanya jadi urusan polisi.

Kompak nih ye, mertua dan mantu masuk sel bareng. (JP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Mertua Penjamin SELINGKUH


- Peselingkuh paling mujur mungkin hanyalah Wisnu, 43, dari Metro, Lampung. Sudah jelas kepergok ngeloni Ny. Muryani, 39, bini orang, tapi ketika hendak menyerahkannya ke polisi, dicegah orang tua wanita praktisi selingkuh itu. Walhasil Wisnu pergi dengan penuh kemenangan, sementara Mariyun, 45, suami Muryani jadi serba salah. Mau dibantah, mertua. Manut saja, kehilangan harga diri.

Lembaga penjamin keuangan adanya di Bank Indonesia, tapi kalau lembaga penjamin peselingkuh, adalah mertua Mariyun, warga Kelurahan Purwosari Kecamatan Metro. Gara-gara kebijakan tak populer mertuanya, dia sebagai lelaki sekaligus suami Ny. Muryani, jelas-jelas kehilangan harga diri. Bayangkan, jelas-jelas Wisnu ini ketangkap basah ngangkangi istrinya di kamar, tapi tiba-tiba persoalan diambil alih mertua. ”Kamu yang ikhlas ya, ini demi kebaikan bersama,” kata mertua penuh wibawa dan sok kuasa.

Mariyun selama ini memang tinggal di kompleks Mertua Permai yang bebas cicilan. Sebagai lazimnya mantu yang masih numpang orangtua istri, meski kepala keluarga tapi dia tak memiliki kedaulatan penuh. Segala kebijakan rumahtangga sering kali diintervensi mertua. Dan si mantu umumnya tak bisa berkutik, karena merasa masih ndompleng di rumah orang. Jika berani menentang, dikhawatirkan akan dikorek-korek segala kelemahannya selama ini.

Pasangan Mariyun – Muryani memang keluarga sibuk. Suami bekerja di perusahaan swasta, istri jadi PNS di Dinas Pariwisata, Lampung Timur. Karena pekerjaannya itu pula, dia jadi tahu betul apa yang namanya wisman (wisatawan manca negara), dan wisnu (wisatawan nusantara). Dan belakangan ini, Ny. Muryani menjadi super sibuk dalam urusan wisnu. Meski dia bukan petugas guide, tapi mau saja diajak wisnu ke mana-mana, bahkan sering pula mampir di rumahnya.

Tapi jangan salah; wisnu yang satu ini bukan wisatawan nusantara, tapi benar-benar lelaki bernama Wisnu. Kepergian Muryani bersama Wisnu juga bukan dalam rangka mengunjungi DTW (Daerah Tujuan Wisata), tapi wisata asmara di hotel atau rumah sendiri. Di situ Wisnu kenyang bisa menikmati pemandangan indah nan syahdu, paling tidak lekuk liku tubuh kekasih gelapnya ketika dalam kondisi bugil bin gidal-gidul. Paling enak, Wisnu tidak dipungut retribusi.

Muryani pintar sekali mencari waktu. Di saat suami berangkat kerja di kantor, dia malah kembali ke rumah bersama gendakanya tersebut. Lalu pagar ditutup, pintu ditutup, termasuk hording dan nako. Di dalam kamar Muryani – Wisnu kemudian sibuk dengan urusannya sendiri, tapi pembaca pasti bisa menebak apa kira-kira yang mereka lakukan.

Bukan saja pembaca, warga dan tetangga Ny. Muryani juga punya dugaan serupa. Dan kembali dugaan semacam itu mengemuka, ketika beberapa hari lalu warga menyaksikan Wisnu datang dan kemudian tutupan pintu bersama istri Mariyun. Warga yang tak rela kampungnya dikotori, segera kontak Mariyun yang sudah dalam perjalanan menuju cantor. “Mas, pulang dulu saja deh, tuh di rumah istrimu memasukkan lelaki lain,” kata informan.

Buru-buru Mariyun kembali dengan motornya. Memang benar, istri di rumah tutupan pintu ruang tamu dan kamar. Saat digedor-gedor baru 10 menit kemudian membuka pintu dan Wisnu memang ada di kamar. Tentu saja Mariyun dan warga marah sekali. Tapi saat mereka hendak melaporkanya ke polisi, mertua mencegahnya. Alasanya, jika Wisnu sampai ditahan, tak urung Muryani juga akan kena. Maka sebagai mertua keturunan Jawa, segera mencekoki Mariyun dengan falsafah lama: wani ngalah luhur wekasane (berani mengalah akan berjaya di kemudian hari).
Tapi juga kuru awake (kurus tubuhnya). (LP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

SELINGKUH modal GENJOTAN


AGAKNYA Wito, 40, beranggapan bahwa selingkuh itu hak setiap anak bangsa. Maka meskipun pekerjaannya hanya tukang becak, sah-sah saja punya WIL. Tapi bagi Tasmi, 37, yang diduakannya, tentu saja tak terima. Maka dengar kabar suami punya anak dari dari gendakannya, langsung dia minta cerai sepulang dadi jadi TKW.

Pejabat dan politisi punya WIL, itu sudah biasa. Sebab anggaran untuk “dua dapur” yang dimilikinya, pasti melimpah ruah. Tapi kalau tukang becak macam Wito berani punya selingkuhan, itu sungguh luar binasa. Apa pula yang diandalkannya? Duit, mencari barang Rp 100.000,- sehari saja susah banget, kok berani-beraninya punya WIL. “Modal selingkuh tukang becak, ya “genjotan”-nya, Mas….,” kata Wito beralasan, tanpa tedeng aling-aling.

Memang, dia punya WIL si Wulan, 40, memang hanya modal “entong” bukan kantong. Sebab yang kebelet punya suami memang si wanita, lantaran hingga usia hampir kepala empat belum punya suami. Maka meski pun hanya dikawin siri dan dijadikan bini kedua, dia mau saja. Yang penting terbebas dari stempel “prawan kasep”. Kata orang pula, perempuan yang sudah kambon wong lanang (baca: menikah), pintu rejekinya semakin terbuka.

Awalnya Wito tak berniat punya WIL atau gendakan. Tapi setelah istrinya pergi jadi TKW ke Malaysia, ada sesuatu yang membuatnya cotho (ada yang hilang). Biasanya suhu udara di Sragen tempat tinggalnya terasa anget kemrisik, kini menjadi dingin sekali hampir 5 drajat di bawah nol. Lalu kemudian muncul sosok Wulan, yang lumayan cantik, tapi belum punya suami. Perempuan ini juga sudah punya cekelan (pekerjaan), tapi belum pernah nyekel-nyekel (megang-megang). Dan dilihat dari gerak-geraknya, kok sepertinya memberi angin, begitu.

Ternyata betul. Ketika Wito mulai sedikit kurang ajar, Wulan langsung memberi respon. Cuma dia kemudian bilang bahwa tak mau main-main. Jika hubungan ini dirajut, harus koalisi permanen. “Aku memang tahu status sampeyan, tapi itu tak masyalah, karena aku bisa menghidupi diriku sendiri,” kata Wulan blak-blakan, sebelum buka-bukaan, tentunya. Perawan tua itu lebih lanjut mengingatkan: yang penting Wito tetap sehat, rajin nggenjot di jalan, juga nggenjot di rumah. Namanya juga tukang becak……

Nah, dikala Wito juga posing karena lama tak ketemu istri, diam-diam dia pun menikahi Wulan secara siri. Begitu SIM sementara diperoleh, ibarat sepeda motor keluar dari dealer, Wulan langsung dicemplak dalam rangka in reyen. Biar tahun lama, tapi karena tak pernah dipakai, ya semlintir (enak) juga. Buktinya, setahun menikah siri, Wulan berhasil punya anak berkat genjotan si tukang becak asal Desa Mojorejo Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen ini.

Perkawinan siri Wito maunya disimpan rapat-rapat, tapi akhirnya Tasmi di Malaysia dengar juga. Namun apa mau dikata, kontrak kerjanya belum selesai. Begitu dia pulang, barulah dia berhitung dengan suaminya. Ternyata benar, Kang Wito sudah punya anak dengan WIL-nya itu. Dia segera minta cerai, tapi ternyata Wito tidak mau. Bahkan mengancam: “Kalau kamu minta cerai, tak siram air keras sekalian, ben ra payu laki (biar tak laku kawin)…,” kata Wito sengit. Tasmi yang tahu perilaku suaminya selama ini, segera melapor ke Polsek Karangmalang tentang ancaman itu.

Sedia payung sebelum hujan air keras ya mbak? (SP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Cinta Kandas minum APOTAS


TUGINO, 31, bisa disebut peselingkuh paling pede di Karanganyar, Solo. Penghasilan tak menentu, berani-beraninya punya WIL. Tapi lama-lama Nursih, 28, yang diselingkuhi sadar bahwa digendak Tugino tak ada nilai tambahnya. Tragisnya, saat cintanya diputus Nursih, Tugino milih mati minum apotas.

Kapital tak hanya dibutuhkan saat usaha dalam bisnis. Usaha dalam tata niaga asmara juga sangat memerlukannya. Sebab di era gombalisasi sekarang ini, kebanyakan wanita punya semboyan: witing tresna merga atusan lima (baca: cinta tumbuh karena tumpukan uang). Tanpa kucuran dana yang memadai, jangan harap wanita mau bertekukuk lutut dan berbuka paha untuk pria yang mengincarnya. Ada juga memang wanita yang menerima cinta lelaki bukan karena harta, tapi kini ini sudah barang langka!

Wanita langka ini salah satunya adalah Nursih, warga Desa Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar (Jateng). Meski Tugino tak punya apa-apa, dia mau berbagi cinta dengannnya, padahal di rumah juga ada lelaki yang sangat mencintai dirinya. Tapi bapaknya anak-anak ini kasar, pemarah. Sedangkan Tugino, sifatnya lembut, suka menyanjung dan membelai-belai dirinya, terutama pada bagian tertentu…..

Begitulah hubungan asmara Tugino – Nursih terus berlanjut, dengan semua anggaran dibayar oleh pihak wanita. Sedangkan Tugino, karena hanya pekerja serabutan, tugasnya hanya memuaskan Nursih di atas ranjang saja. Dan Tugino pun semakin mbagusi, karena sekali waktu gendakannya ini pernah bilang: “Mas, sampeyan rasah cucul apa-apa, cucul kathok we wis cukup (Anda tak perlu keluar biaya, lepas celana saja sudah cukup),” kata Nursih seusai bercinta di sebuah losmen.

Sepandai-pandai Nursih mengemas selingkuhnya bersama Tugino, lama-lama suami tahu juga. Dia mengadu pada mertua, sehingga Nursih diomeli keluarga dari segala penjuru. Lama-lama dia sadar bahwa menjalin cinta dengan pekerja serabutan dari Desa Brujul Kecamatan Jaten itu sama sekali tak ada nilai tambahnya. Nursih mulai kembali ke jalan yang benar dan mencoba meninggalkan Tugino yang telah memberi kenikmatan ragawi selama ini.

Koalisi permanen yang diputus secara sepihak ini menjadikan Tugino kelabakan. Dia rugi dua kali jadinya. Ya kehilangan uang, ya kehilangan goyang. Tugino mencoba mendekati Nursih lagi, tapi semua telepon dan SMS-nya tak pernah dijawab. Saking kesalnya, dia pernah mengancam. “Kau memutuskan cintaku, tunggu saja tanggal mainnya, aku bunuh diri di depan rumahmu!” kata Tugino lewat SMS dan terbaca oleh ibu si Darsih.

Tapi Nursih yang sudah sadar tetap tak menggubris. Itu artinya, Tugino mau bunuh diri seribu kali sehari di depan rumahnya, silakan saja. Bak teroris yang tuntutannya tak ditanggapi, Tugino benar-benar kesal dibuatnya. Untuk membuktikan bahwa dia bukan pria penakut dengan kematian, apa yang telah dikatakan pada Nursih benar-benar diwujudkannya. Beberapa hari lalu dia ditemukan mati bunuh diri dengan minum racun apotas. Cuma, tempatnya bukan di depan rumah mantan doi, tapi di kamar rumah sendiri.

Polisi Polres Karanganyar memastikan, Tugino memang mati bunuh diri, bukan karena penganiayaan oleh pihak lain. Tinggalah kini anak dan istrinya yang menderita. Nikmatnya selingkuh tak dibagi, tapi setelah menjadi mayat, keluarga juga yang jadi repot karenanya. Paling memalukan keluarga adalah: matinya Tugino gara-gara urusan selingkuh.

Orang Solo bilang: ngisin-isinke waris! (SP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

SATU KANTOR satu RANJANG


DULU teman satu sekolah, lalu menjadi satu hati. Tapi karena belum jodoh, Diah – Parkun tak jadi suami istri. Namun dasar “milik”, Diah, 29, ketemu Parkun, 28, bekerja pada perusahaan yang sama. Kisah CLBK pun terjadi, sehingga dulu yang teman satu sekolah, kini jadi satu ranjang. Cuma suami Diah yang kemudian mencak-mencak.

Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK), dijamin takkan bikin rusak rumahtangga, jika sekedar “bersemi” saja. Yang sering jadi masalah, karena pasangan itu kemudian “ber……setubuh” bak suami istri. Yang punya suami tentu saja mencak-mencak, karena istri yang dicintai diobok-obok lelaki lain. Seperti skandal Brigpol Parkun – Diah misalnya, ketika disidangkan di PN Lumajang sampai dijaga aparat.

Saat sekolah di SMA Lumajang dulu, Diah dan Parkun memang satu sekolah, cuma beda kelas. Ketika panah dewa amour menembaknya, keduanya pun lalu terlibat pacaran serius. Kayaknya sudah mantep banget, bila saatnya telah tiba keduanya akan menjadi suami istri. Membentuk keluarga sakinah, lalu punya pembantu bernama Tukinah.

Tapi manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan. Entah siapa yang mulai, tahu-tahu Diah dan Parkun menikah dengan pasangan lain. Sejak itu hubungan mereka putus, merintis karier masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kabar terakhir terdengar, Parkun sudah menjadi polisi dan Diah bekerja di bank swasta. Dan paling unik dan paling anyar, tiba-tiba Brigpol Parkun berdinas di Lumajang dan ditempatkan ditempatkan sebagai pengamanan di bank tempat Diah bekerja.

Namanya juga teman lama dan pernah pacaran, tentu saja keduanya menjadi akrab kembali. Makin akrab lagi ketika Parkun tahu bahwa suami Diah yang TNI sedang bertugas di Papua. Setan lelaki pun lalu membisiki bahwa program CLBK bisa digarap. “Mumpung suaminya tak di rumah, dia pasti kesepian pol, Bleh….!” kata setan mencoba mempengaruhi Brigpol Parkun.

Setan wedok (perempuan) juga menggarap Diah karyawati bank itu. Dikatakannya, di era gombalisasi begini, tak perlu setia-setia amat pada suami. Siapa tahu di Papua sana, suami juga sudah punya “cem-ceman” sendiri. Daripada jadi “gadis manis iseng sendiri” sebagaimana kata Chairil Anwar, mendingan selingkuh saja. Toh sasaran sudah ada, Parkun sudah tidak tahan, dan Diah tinggal mapan (bersiaga).

Karena sudah diinjeksi oleh setan dua jurusan, Parkun – Diah kemudian tak risih lagi jalan bareng, bahkan keduanya sudah berulang kali masuk hotel. Tapi cilaka tiga belas, sekali waktu ulah keduanya tercium oleh intel tentara, sehingga ulah istri anggota TNI ini dilaporkan pada pihak yang berwenang. Tentu saja suami Diah di Papua sana tidak terima, sehingga kasus ini diteruskan ke wilayah huku. Itu artinya, Brigpol harus dituntut di pengadilan atas tuduhan berzina dengan istri orang.

PN Lumajang kini tengah menyidangkan skandal asmara Brigpol Parkun secara tertutup. Tentara juga berjaga-jaga di seputar pengadilan. Untungnya, Parkun tidak sampai ditahan, karena ancaman hukumannya hanya 9 bulan penjara. Namun demikian, ancaman lain mengintai Brigpol Parkun. Disamping bisa dicopot dari dinas Polri, dia juga terancam dikocok ulang posisinya sebagai kepala rumahtangga. Sebab istri Parkun juga sakit hati atas ulah suami yang celamitan.

Lengkap jadinya, pensiunan polisi, pensiuan suami. (HS/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

ORGAN TUNGGAL empat lelaki


– Sebagai penyanyi organ tunggal, Dewi, 26, memang cantik, tapi sayangnya ….gatelan! Di rumah ada suami, diajak selingkuh tukang ojek mau saja. Sialnya, saat kencan dipergoki tiga lelaki, sehingga mereka pun ikut nimbrung. Sungguh tragis, penyanyi oran tunggal itu akhirnya kena “organ tunggal” 4 lelaki sekaligus.

Dewi memang termasuk perempuan mujur. Jadi penyanyi organ tunggal, dia memiliki suara yang bagus. Ditambah bodi dan wajahnya yang menarik, menjadikan dia semakin banyak penggemarnya. Saat dia di atas pentas, aplous penonton selalu menggema. Dan nama perempuan dari Desa Banjarnegri Kotaagung Lampung itu semakin meroket. Setiap ada orang hajatan bermodal cekak, pasti mengundang Dewi untuk tampil sebagai penyanyi organ tunggal.

Sayangnya, meski punya nama Dewi belum punya kendaraan sendiri ke tempat pentas. Dia selalu diantar-jemput tukang ojek langganannya, Marwan, 28. Dan tukang ojek ini pun memperoleh keuntungan ganda. Selain dapat duit juga bisa senggol-senggol Dewi yang bodinya memang seksi menggiurkan itu. Apa lagi jika “indomilk”-nya yang bersaing dengan milik Julia Perez itu nabrak punggung Marwan gara-gara direm mendadak, dada tukang ojek itupun berdegup keras.

Terlalu sering mengalami rangsangan begitu, Marwan lama-lama jadi pengin begituan dengan Dewi. Maka seperti yang terjadi beberapa hari lalu, seusai pentas di Pantai Terbaya dia merayu penyanyi organ tunggal itu untuk santai barang sejenak, menikmati “organ tunggal” miliknya. Entah kena pengaruh apa, meski di rumah juga ada suami, Dewi meladeni saja ajakan gila itu. Dan seperti kekurangan tempat, keduanya lalu menuntaskan birahi di pinggir jalan di pos ronda yang kosong. “Tengah malam ini, masak ada yang lihat,” pikir Dewi – Marwan yang sudah kerasukan setan.

Mereka pun lalu berlaga antara hidup dan mati. Tapi sial, di kala masih ketanggungan, ulahnya diintip oleh tiga lelaki. Mereka pun jadi kesetrum karenanya. Bukan menghentikan adegan mesum itu, tapi malah ikut nimbrung: berlomba-lomba dalam kemesuman. Marwan sebetulnya mencoba mencegahnya, tapi apa daya, dikeroyok tiga lelaki dia tak bisa berkutik. Walhasil, dia harus menyaksikan tiga lelaki itu menjadi “generasi penerus” atas tindakannya barusan.

Bisa dibayangkan, penyanyi organ tunggal kena “organ tunggal” empat lelaki sekaligus, Dewi pun termehek-mehek dibuatnya. Selesai menjarah tubuhnya, para pemesum itu kabur meninggalkan Dewi – Marwan dalam kondisi lunglai. Dengan langkah terseok-seok, Dewi diantar Marwan mengadu ke Polsek Kotaagung. “Lapor Pak, saya diperkosa tiga lelaki berandalan,” akunya di kantor polisi.

Sebetulnya empat, tapi yang satu lain dong! (LP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

PERCOBAAN pak guru HONOR


- Sebagai guru percobaan (honorer), rupanya Juned, 30, suka bikin percobaan pula di bidang lain. Misalnya, melihat adik iparnya, si Nely, 18, lebih cantik dari bininya, dia coba-coba untuk menggaulinya. Tapi “percobaan” ini gagal total. Belum sampai “final” Juned menuntaskan birahi di rumah kosong, eh ketahuan warga.

Malang benar nasib Juned warga Desa Rejosari Kecamatan Natar, Lampung Selatan ini. Sudah punya istri dan anak, pekerjaan tetap belum juga didapat. Untung lalu ada kenalan yang baik hati. Sesuai dengan ijazah sarjana yang dimiliki, dia lalu dijadikan guru honorer di SDN Rejosari. “Berbanggalah kamu jadi guru. Meski hanya mengajar SD, harus berijasah sarjana. Tapi kalau kamu mau ngelamar jadi calon presiden, ijazah SMA saja malah boleh…..,” ujar Pak Kepala SD mencoba menaikkan harga diri Juned.

Setelah menjadi guru SD di desa sendiri, perhatian Juned tercurah pada anak didiknya. Sebagai guru, dia biasa bikin rencana pelajaran untuk persiapan mengajar. Tapi celaka tiga belas, di sisi lain diam-diam Juned juga bikin rencana …..permesuman yang tak patut dilakukan sosok pendidik. Di sela-sela kesibukan mengajar, dia suka berkhayal tentang adik iparnya yang cantik, yang jauh lebih menggairahkan dari istrinya.

Juned pernah mendengar ungkapan Jawa yang mengatakan bahwa ipe (ipar) itu kepanjangan kata: iki ya penak (ini juga enak). Didukung dan disemangati setan, dia ingin membuktikan “tesis” semacam itu. Seperti apa sih “enak”-nya adik ipar si Nely yang sekel nan cemekel dan selalu mengharu biru perasaannya tersebut. Dia lupa bahwa perbuatannya itu sama saja: Juadah ada cukaknya, biar hambar taruh tempayan.
Sudah dapat kakaknya, adik ipar masih juga doyan!
Kebetulan sekali, setiap pulang mengajar Juned punya kewajiban menjemput adik ipar pulang dari sekolahnya di SMA. Dari sinilah dia bertekad melancarkan niatnya. Seperti beberapa hari lalu itu, sepulang menjemput Nely di sekolah motor tak dipacu langsung ke rumah, tapi dibawa muter-muter ke luar kota, dan kemudian diarahkan ke sebuah rumah kosong di Sidoarjo, Negararatu, Natar. “Sebentar, aku ada perlu di rumah teman,” kata Juned.

Namanya juga rumah kosong, tentu saja tak ada penghuni secuilpun di sini. Nely mulai curiga akan maksud kakak iparnya itu. Dan ternyata benar, Juned mengajaknya bersetubuh bak suami istri. Awalnya sigadis ini menolak. Tapi karena diancam, akhirnya tak bisa lain kecuali hanya bertekuk lutut dan berbuka paha buat suami daripada kakaknya sendiri. Dan Juned yang sudah kesetanan, tanpa ampun lagi segera melabrak habis kehormatan adik iparnya.

Tapi sial, ibarat main bola belum sampai turun minum sudah ketahuan warga. Pasangan mesum itu langsung digerebek. Dan warga pun sangat kenal gadis dan pelakunya, sehingga ulah guru honorer itu pun dilaporkan pada kakak kandung Nely di Desa Bumisari kecamatan yang sama. Kelanjutannya sudah bisa diduga, Juned segera dilaporkan ke Polsek Natar dan ditangkap. “Maaf Pak, saya memang khilaf…..,” kata Juned pada polisi.

Gara-gara ulahnya tersebut, rintisan kariernya di dunia pendidikan terpaksa mandeg. Kini Juned harus menghadapi sanksi hukum, dan selepas penjara kelak, mana mungkin pihak Kemendiknas mau mengangkat pegawai yang berpengalaman dalam bidang memperkosa adik ipar?

Kalau punya sawah, macul saja Bleh! (LP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

PAK USTADZ lagi khilaf


- Profesi biasanya membentuk perilaku. Kalau dokter sangat menjaga kebersihan, mestinya guru ngaji orangnya juga sangat agamis. Tapi Asnwi, 56, justru bertolak belakang. Jadi guru ngaji di kampungnya, eh…..malah memperkosa Aminah, 19, santrinya sampai dua kali. Tentu saja oknum “ustadz” ini jadi urusan polisi.

Sebagai guru ngaji di kampungnya, Desa Martpura Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan, mestinya iman Asnawi sungguh tahan uji. Sebab lewat buku-buku agama yang dibacanya, dia tahu batasan mana yang haram dan mana yang halal. Tapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Dengan dalih Aminah santrinya telah dikawin siri dengan saksi langit dan bumi, dia merasa berhak menyetubuhi kapan saja.

Awalnya, iman Asnawi memang jaminan mutu. Tapi setan yang tugasnya di dunia untuk mengajak manusia jadi ahli neraka macam dirinya, tak menyerah begitu saja. Untuk menggugurkan iman ustadz Asnawi, sudah ditempuh banyak cara. Awalnya dikirim setan lulusan D-3 untuk mempengaruhi iman Asnawi, tapi tidak mempan. Lalu dikirim pula setan yang sudah lulus S1 tapi belum dapat pekerjaan tetap, tetap iman Asnawi tak tergoyahkan untuk berbuat kerusakan di muka bumi.

Setan S-2 pun angkat tangan, sehingga kemudian dikirim setan lulusan S3 dari Amerika. Baru mulai ada tanda-tanda keberhasilan, ketika ustadz Asnawi punya santri baru bernama Aminah. Lupa bahwa usianya sudah menjelang kepala enam, dia tertarik pada bodi dan penampilan si santri yang sepantar dengan putrinya di rumah. Kalau lelaki normal, mestinya melihat obyek dan sasaran sepantar anak sendiri, sang pendulum langsung ngedrop. Tapi karena digoda setan S-3 AS, semangat Asnawi justru semakin menyala-nyala.

Kepada Aminah guru ngaji ini berkisah bahwa berdasarkan penerawangannya, si murid menderita penyakit kiriman alias kena guna-guna. Yang ngomong kiainya sendiri, sudah barang tentu Aminah jadi ketakutan. Tapi Asnawi segera membesarkan hati muridnya bahwa dia bisa mengobati dan menangkal penyakit itu. “Yang tak bisa kulakukan, adalah menangkal Sri Mulyani jadi Direktur Bank Dunia sebagaimana maunya sejumlah anggota DPR,” kata Asnawi dengan yakin.

Di luar pelajaran mengaji, Asnawi kemudian buka kartu bahwa terapi pengobatannya melalui perkawinan siri. Maksudnya, lewat persetubuhan suami istri itulah nantinya penyakit Aminah bisa “didorong” keluar dari tubuhnya. Tentu saja Aminah kaget, tapi dia tak bisa berbuat banyak karena tiba-tiba Asnawi berikrar bak dalam acara perkawinan, tapi saksinya cukup langit dan bumi. Habis melafalkan ijab kabul tersebut, Asnawi langsung mengatakan bahwa Aminah sudah sah menjadi istrinya.

Tapi Asnawi mencoba stel kendo, tak segera “menubruk” istri barunya. Baru tengah malam seusai belajar bersama, Aminah dipanggil ke kamar khusus. Dengan alasan untuk pengobatan penyakitnya, malam itu Aminah benar-benar disetubuhinya. Belum sembuh dari rasa kagetnya, kembali Aminah digarap kedua kalinya, untuk mendorong segera keluarnya penyakit. Tapi si santri yang kadung sakit hingga termehek-mehek, esuk paginya segera melapor kepada orangtuanya. Tentu saja keluarga tidak terima, sehingga “ustadz” Asnawi dilaporkan ke Polsek Purwosari. Para warga pun setengah tak percaya, guru ngaji sekelas Asnawi bisa tersandung sandal asmara dengan muridnya.

Kalau begitu, yang untuk alas kaki itu namany skandal? (RB/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

JEGAL SUAMI sebelum PENSIUN


- Marmoyo, 52, pantas marah. Orang sealim dia dituduh istri berzina dan kawin lagi, padahal sejatinya tidak. Ini kan sama saja pembunuhan karakter. Paling fatal, tuduhan miring ini dikirimkan kepada atasannya di Pemda Jateng. Ini kan sama saja Rochyati, 46, istrinya mau menjegal karier PNS-nya yang tinggal 4 tahun.

Sebagai pegawai negeri, jika tidak di pos basah mana bisa kaya. Marmoyo yang bekerja di bagian Rumahtangga Pemda Jateng, sangat menyadari hal ini. Karenanya, sebelum masa pensiun itu tiba, dari sekarang dia mulai banyak menabung. Koleksi sejumlah rumah kontrakan, dan tanahnya di berbagai tempat. “Kalau sudah pensiun bisa apa? Penghasilan tinggal sedikit, yang banyak tinggal kentutnya….,” kata Marmoyo belum lama ini.

Tapi sayang seribu sayang, niat baiknya tak seiring dengan istri. Tak jelas di bagian mana mereka tak berbanding lurus, yang pasti pasangan suami istri ini sudah beberapa waktu lamanya pisah rumah dalam rangkai perceraian. Istri dan anak-anak tinggal di rumah lama, dan Marmoyo memilih kehidupan solo karier di rumahnya yang lain. Apa-apa kini dilakukan sendiri. Pagi-pagi sebelum berangkat kerja, dia harus mencuci sendiri kayak iklan Rinso tahun 1970-an!

Sebagai lelaki normal sebetulnya Marmoyo sangat kesepian jauh dari istri. Tapi dia masih bisa mengontrol dorongan libidonya itu. Mau “jajan” tidak berani, mau kawin lagi juga tak nafsu karena berharap rumahtangganya bisa diperbaiki lagi. Sebagai manusia beriman, Marmoyo mengendalikan tuntutan “Si Jendul” cukup dengan banyak berpuasa sesuai hadits Nabi. “Sabar ya Ndul, nanti kalau ibu sudah pulang, kamu boleh kemaruk…,” kata Marmoyo menghibur sang ponakan.

Tiba-tiba beberapa hari lalu warga Pedurungan Kidul Semarang ini dipanggil atasanya di kantor. Ternyata bukan urusan dengan pekerjaan. Marmoyo hanya diklarifikasi, sesuai dengan surat yang dilayangkan Rochyati istrinya ke kantor suami. Benarkah PNS yang tinggal 4 tahun masa kerjanya itu berzina? Benarkah Marmoyo kawin lagi? Dan surat yang dikirim Rochyati pada atasa suami memang begitu.

Marmoyo sempat terguncang oleh tuduhan istrinya itu. Kok tega-teganya dia mengirim surat tidak berdasar pada fakta yang sebenarnya. Kapan dia selingkuh, dan kapan dia kawin lagi? Istrinya sekarang yang mana, orang sejak pisah rumah dengan bininya dia benar-benar “nganggur” total. “Tanyakan saja pada “Si Jendul”, sudah berbulan-bulan dia merengek melulu,” batin Marmoyo sedih.

Marmoyo kini benar-benar merasa dipermalukan oleh istrinya. Untuk membuktikan bahwa fitnes lebih kejam dari pembunuhan, kini dia mengadu ke Polres Semarang dengan mengusung pasal pencemaran nama baik, sekaligus perbuatan tidak menyenangkan.

Ketika masih akur, biasanya perbuatan yang mengasyikkan. (SM/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

WAKIL RAKYAT wakil SETAN


– Saat masih aktif, jabatan Matkerah, 65, sungguh bergengsi, jadi wakil rakyat di DPRD Pamekasan (Madura). Tapi setelah pensiun pada 2009 lalu, dia menjelma jadi wakil setan komisi perzinaan. Betapa tidak? Lihat anak angkatnya, Asmonah, 16, makin mulus saja, langsung dijadikan budak nafsu berkali-kali.

Meski hanya tingkat DPRD, menjadi wakil rakyat selalu menjadi dambaan orang. Saat kampanye, politisi kagetan itu rela saja keluarkan modal hingga ratusan juta demi jabatan bergengsi tersebut. Sebab setelah jadi, dalam kurun waktu beberapa bulan, atau tahun, pasti akan pulang modal. Sebaliknya yang gagal, tidak pernah reses tapi malah stress. Sebab hartanya banyak yang melayang buat modal, ditambah lagi dikejar utang ke sana kemari. Kalau sudah begini, siap-siap saja menjadi penghuni RS Jiwa.

Matkerah, warga Jalan Jokotole, Pamekasan, termasuk mujur. Saat nyalon tahun 2004 lalu, dia terpilih menjadi anggota dewan untuk priode 2004-2009. Wakil dari partai apa kala itu, tidak jelas. Yang pasti, setelah tak terpilih lagi untuk priode berikutnya, Matkerah seperti mengalami post power syndrome. Bayangkan, biasanya setiap sidang (meski ngantuk) dapat duit, sekarang tak ada lagi pemasukan. Dulu kalau kunjungan kerja dapat “sangu” dari pihak yang dikunjungi, kini Matkerah tak punya lagi penghasilan tambahan.

Gara-gara sekarang banyak nganggur, wakil rakyat itu kemudian tanpa sadar berubah menjadi wakil setan. Ini dimulai ketika dia tertarik pada Asmonah, anak angkatnya sendiri yang diasuhnya sejak balita dulu. Memangnya Matkerah tak punya istri? Ya ada sih, tapi dalam usia 60 tahun kini, ibarat mobil sudah tidak nyaman lagi dikendarai. Ring zekher sudah kena, asap knalpot telah menghitam dan olie tekor melulu! Sedangkan mau “turun mesin”, dananya belum ada!

Dalam masa “reses” di rumah itulah, setan selalu membujuk agar Matkerah mendayagunakan anak angkatnya sendiri. Sebab dalam usia 16 tahun kini, Asmonah sudah sangat laik ranjang. Bagaimana kalau sampai putrinya tersebut sampai hamil, dan apa pula kata masyarakat lingkungannya kelak? “Ente kan mantan wakil rakyat, meski tak lagi punya hak inisiatip, harus kreatiplah. Dulu kamu kalau sidang ngantuk melulu, ngkali ya….?” kata setan mengkritisi sikap Matkerah.

Bekas wakil rakyat itu pun makin mantaplah menjadi wakil setan dari komisi perzinaan. Sebab kini dia menjadi makin bernafsu saja pada Asmonah yang sudah duduk di bangku SMA tersebut. Sekali waktu, dengan ancaman takkan dibiayai sekolahnya jika menolak hasratnya, Matkerah berhasil membuat Asmonah bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya. Lupa bahwa gadis ABG itu adalah anak angkatnya, benar-benar Asmonah diangkat ke ranjang dan dinodai.

Sekali dilayani, Matkerah menjadi ketagihan. Asal istrinya tak di rumah, kembali dia mengajak Asmonah untuk berhubungan intim. Enak buat si wakil setan, tapi nyeseg buat murid SMA tersebut. Meski sudah dipesan jangan disosialisasikan skandal itu, Asmonah lalu curhat pada sahabatnya di sekolah. Sang sahabat lalu bercerita kepada gurunya, dan semuanya jadi terkejut. Ujung-ujungnya Matkerah dilaporkan ke Polres Pamekasan. Awalnya tetangga dan lingkungannya tak percaya. Tetapi begitu Matkerah diperiksa, dan statusnya ditingkatkan dari saksi jadi tersangka, dan tertahan alias tak boleh pulang, barulah mereka percaya.

Mantan anggota dewan naik peringkat jadi napi. (JP.Com/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

"NGROGO SUKMA" di rumah PAK RW


- Orang yang ilmu kebatinannya sangat tinggi konon bisa ngraga sukma (baca: menghilang). Tapi Sagimun, 35, dari Kediri (Jatim) digerebek warga gara-gara diduga “ngerogoh” Sukma, 30, wanita yang numpang di rumah Pak RW. Untung keduanya dibebaskan, karena kasus perzinaan tak terbukti.

Dalam legenda Jawa, Begawan Tunggulmanik ayah Damarwulan sangat terkenal ahli ngraga sukma. Ketika putranya dalam bahaya, dia muncul memberi bantuan. Misalnya, ketika Damar Wulan dibunuh Layangseta dan Layangkumitir, Begawan Tunggulmanik yang tak pernah tampak wujudnya tersebut segera mengangkat mayat putranya dari sumur mati dan dihidupkan kembali. Begitulah, sampai Damarwulan jadi raja Majapahit beristrikan Kencawungu yang betisnya mbunting padi; Begawan Tunggulmanik selalu njampangi (mengawasi).

Ilmu Sagimun belum setaraf Begawan Tunggulmanik tentu saja. Tapi soal “ngerogoh” Sukma gendakannya, dia sangat ahlinya. Ini setidaknya menurut dugaan penduduk Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kediri. Soalnya, sebentar-sebentar Sagimun nginep di rumah wanita itu, lalu pulangnya baru besok pagi. Bayangkan, bukan suami istri tapi tinggal serumah, apa lagi kegiatannya jika bukan hal yang mesum dan hil-hil yang mustahal?

Sukmaningsih sebetulnya masih punya suami yang sah. Tapi selama ini tinggal di Jambi, bekerja di proyek. Selama ditinggal merantau, istrinya dititipkan pada Pak RW yang masih familinya. Maklumlah, mau membawa Sukma langsung ke Jambi, tempatnya tidak memadai, sedangkan mau pulang kampung sebulan sekali, bisa-bisa gajinya habis di tranpor. Terpaksalah pasangan ini mengunyah-ngunyah filosopi lama: kumpul ra kumpul angger mangan (biarlah tidak campur asalkan makan).

Makan sih memang makan, tapi makan yang mana dulu! Secara materil Sukma lumayan terjamin, karena kiriman suami tiap bulan selalu tiba dari Jambi. Tapi dalam hal onderdil, lha ini yang kacau. Sebab sejak ditinggal suami dia tak pernah lagi memperoleh kehangatan malam. Jikalau ada alternatif “kehangatan” itu hanya dari kompor dan setrikaan. Tapi apakah mau, gara-gara rindu suami malah badan mlonyoh?

Lalu hadirlah lelaki bernama Sagimun, lelaki dari Jombang. Sebetulnya mereka sudah lama kenal, bahkan ketika Sukma masih kumpul dengan suaminya. Tapi sejak lelaki ini tahu bahwa suami Sukma merantau, dia menjadi selalu ngglibed mendekati. Rupanya memang sudah lama dia naksir, hanya kadung terhalang oleh tembok besar. Nah setelah tembok itu pergi bak “Tembok Berlin” di Jerman, Sagimun merasa ada kesempatan untuk loncat pagar.

Awalnya Sukmaningsih tak menanggapi ajakan gila Sagimun. Tapi lantaran dia kesepian, sedangkan si lelaki nyosorrrr terus, ujung-ujungnya bertekuk lutut dan berbuka paha juga. Akhirnya kembali ke legenda Damarwulan itu tadi; Begawan Tunggulmanik bisa ngraga sukma, Sagimun bisa “ngerogoh” Sukma! Tempatnya bisa berpindah-pindah, bisa di hotel, bisa di tempat numpang Sukma di rumah Pak RW. Maklumlah, Pak RW sendiri orangnya sangat sibuk, sehingga tak bisa selalu mengawasi “amanat”-nya.

Asyik bagi yang sedang dimabuk asmara, tapi sangat meresahkan para tetangga. Yakin bahwa Sagimun telah “ngerogoh” Sukma, penduduk sepakat untuk menggerebeknya. Benarlah rencana itu. Saat Sagimun “apel” hingga pukul 24.00 belum kembali, segera penggerebekan dilakukan. Sayang, warga tak menangkap basah keduanya berbuat mesum, kecuali hanya mendapatkan keduanya tidur seranjang. Malam itu juga Sagimun – Sukma diserahkan ke Polres Kediri, tapi karena bukti-bukti perzinaan itu tidak kuat, polisi melepaskannya kembali.

Nggrebeknya keburu-buru, atau telat? (JP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Pak MUDIN nampik REJEKI


- Usai mijit janda cantik lalu upahnya kawin, asyik nggak? Tapi entar dulu! Yang ditawari ini pak modin yang sudah berkeluarga. Karenanya, meski warga mendesak, modin Mashuri, 52, terpaksa menolak. “Maaf deh, saya khilaf. Tapi sungguh, saya hanya mijit kakinya Marsih tok,” kata pak modin ampun-ampun.

Di era gombalisasi ini makin banyak lelaki yang mengumbar syahwat dengan kemasan poligami. Jaman Pak Harto masih berkuasa dulu, pegawai negri kawin lagi bisa kena PP-10. Namun setelah reformasi, PNS “slendro pelog” begitu kata orang Jawa, bolah-boleh saja asal rapi mengemasnya dan kuat duitnya. Karenanya selepas Orde Baru menteri beristri dua tidak masyalah, bahkan ada Wapres berbini tiga juga tidak ada yang ndemo. Pendek kata, asal tetap pada koridornya, orang bebas berpendapat termasuk juga bersyahwat.

Modin Mashuri, karena kondisi ekonominya yang biasa-biasa saja, tak mau kebawa arus. Istri seumur-umur cukup satu saja, wong itu saja tak pernah habis dimakan rayap. Tapi mendadak pada Sabtu malam lalu, dia dapat tawaran “mengasyikkan” dari warganya, untuk segera menikahi janda Marsih yang cantik dan seksi. Andaikan dia masih bujangan, dan usianya baru 30 tahunan begitu, pasti “rejeki” yang jarang ada itu segera disamber. Tetapi…….

Situasi dan kondisinya saat itu memang sangat berbeda. Pak Modin dapat tawaran tersebut dalam posisi terpojok. Dia dituduh oleh warga yang menggerebeknya, barusan bersetubuh dengan wanita yang bukan istrinya. Demi citra kampung dan nasib janda itu sendiri, Mashuri dipaksa menikahi si janda. “Mbok yen bisa ukuman liyane wae, aja ningkahan (kalau bisa hukuman lainnya saja, jangan menikahi),” pinta Pak Modin.

Sebagai modin yang jabatannya Kaur Kesra di desanya, tugas Mashuri memang beragam. Bukan saja mengurus warga di saat menikah atau meninggal, tapi juga tempat curhat segala masalah. Banyak warganya yang datang ke rumahnya untuk berkonsultasi rumahtangganya yang tengah genting. Dan pula, Pak Modin satu ini punya keahlian lain memijit. Penduduk Desa Giripurna Kecamatan Batu (Malang) tempat tinggalnya, jika kesleo atau pegel linu, larinya pasti minta diurut modin Mashuri.

Adalah Marsih, 40, janda muda yang baru setahun lalu ditinggal mati suami. Dia sering datang ke rumah pak modin untuk curhat keluarganya. Di antaranya, dia bingung menentukan pilihan. Begitu banyak lelaki yang menginginkan dirinya, dengan memamerkan segala kelebihan masing-masing, dari harta hingga penampilan. Marsih ragu menentukan pendamping baru, takut dapat lelaki yang tidak seperti almarhum suami. “Jadi saya harus bagaimana Pak, si A, si B atau si C, semuanya baik….,” kata Marsih sekali waktu.

Kalau mental pak modin macam Begawan Wisrawa dalam kisah perwayangan, pasti “Dewi Sukesi” dari Malang ini dikawini sendiri. Tapi sebagai modin yang santun, dia hanya bisa menyarankan sesuai pentunjuk agama. Lalu Mashuri pun mengutip hadist Nabi, bahwa orang menikah itu begitu banyak pilihannya. Ada karena kekayaannya, karena kecantikannya. “Maka kawinilah lelaki atau wanita, karena agamanya!” kata Mashuri. Sepertinya Marsih menerima dengan lega petunjuk itu, terbukti dia lama tak bercurhat ria lagi.

Tapi setelah dua minggu tak ke rumah, mendadak Pak Modin diminta datang ke rumah Marsih untuk ngurut kakinya yang kesleo. Karena itu memang juga bagian dari profesinya, meski sudah pukul 21.00 dia berangkat juga. Mulailah dia memijit, dan tahu-tahu rumah Marsih digedor-gedor warga. Ternyata Pak Modin dituduh baru saja bersetubuh dengan janda cantik itu, karenanya harus menikah malam itu juga. Untung ramuan beras kencur yang ada di tangannya jadi barang bukti tak terbantahkan. “Saya sungguh nggak ngapa-ngapa, kecuali mijit. Tapi lain kali, saya nggak mau mijit wanita tengah malam,” janji Pak Modin.

Termasuk mijit yang tengah-tengah lho ya! (JP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Dikadali Pengacara GADUNGAN


- Sebagai pengacara gadungan, ternyata Suroto, 30, tak hanya pintar ngomong, tapi juga ngerayu. Berkat keahliannya tersebut dia berhasil mengadali 4 wanita yang jadi “klien”-nya. Mereka tak hanya diporoti uangnya, tapi juga dipeloroti celana dalamnya, sehingga kehormatannyapun melayang.

Pengacara asli punya semboyan “maju tak gentar membela yang bayar”. Tapi kalau pengacara abal-abal macam Suroto lain lagi: ngomong jangan sebentar, sampai dapat pacar. Dan ini berhasil dibuktikannya, selama malang melintang di Semarang, tiga gadis kota bolang-baling itu kena “baling-baling” Suroto, ditambah yang satu lagi dari Lampung. Untung seorang korbannya cukup jeli, sehingga pengacara gadungan itu berhasil dibekuk. “Uang hasil nipu habis buat bayar utang saat nyaleg,” katanya polos.

Tanpa pekerjaan dan penghasilan yang jelas, saat Pemilu 2009 lalu Suroto ikut nyaleg di Jakarta untuk kursi DPR. Masuk partai apa dia, tak jelas.Yang pasti, modal buat dana kampanye itu disediakan lewat pinjam sana pinjam sini. Perhitungannya, begitu berhasil masuk Senayan, dengan gaji Rp 45 juta sebulan pasti utang itu akan segera impas. Tapi kenyataannya, Suroto gagal jadi wakil rakyat, sementara pemilik uang mulai mengejar-ngejarnya.

Dasar bakat penipu, Suroto kabur dari Jakarta dan ngumpet di Semarang. Di kota asalnya ini dia mulai mencari akal bagaimana bisa membayar utang-utang itu secara cepat. Jadilah kemudian, gagal jadi wakil rakyat, malah terpeleset jadi wakil setan. Ketika ketemu gadis-gadis yang lumayan cantik, dia mengaku sebagai pengacara Ibukota. Pertama kali Indri, 27, warga Sugihan, Tengaran Kabupaten Semarang. Di depan gadis itu dia setiap ngomong selalu pakai istilah-istilah hokum, untuk mengesankan bahwa dia memang praktisi hukum.

Indri yang terlena, hanya dijanjikan mau dinikahi, langsung klepeg-klepeg mau disetubuhi. Habis itu dia dimintai sejumlah uang untuk keperluan ini itu. Setelah uang diperoleh, Suroto lalu minggat mencari korban lain. Sasaran kedua Watinah, 27, warga kota Solo. Sebagaimana korban pertama, setelah dipeloroti celana dalamnya, Watinah juga dimintai sejumlah uang, dan lalu minggat lagi.

Begitulah kerja Suroto.Dengan modal pintar ngomong dan merayu, sejumlah wanita berhasil dikelabui. Saat ketemu Nina, 29, yang asal Lampung, juga diporoti uangna dan dipeloroti celananya. Menyusul kemudian Yayuk, 28, warga Ungaran, sehingga uang hasil nipu-nipu itu telah terkumpul Rp 63 juta. Setelah itu Suroto ngilang kembali ke Ibukota lagi untuk sementara waktu.

Bila si Watinah, Yayuk dan Indri hanya pasrah ketika uang dan kehormatannya melayang, beda dengan Nina yang asal Lampung. Dengan modal foto Suroto yang pernah berhasil diperolehnya, dia mengadu ke Polres Semarang. Polisi pun mengadakan pelacakan. Mujur nasib Nina, sebab saat Suroto kembali ke Semarang, dia bisa terlacak jejaknya. Hanya dalam hitungan hari, dia berhasil dibekuk di rumah kontrakannya di Ledoksari, Semarang Barat.

Berdasarkan pemeriksaan, Suroto menyebutkan nama para korban. Mereka segera dihadirkan dan semuanya mengakui telah jadi korban pengacara abal-abal itu. Tapi uang yang telah digondolnya sudah habis buat bayar utang saat nyaleg tempo hari. “Apa boleh buat, saya siap masuk penjara,” kata Suroto lesu. Gagal masuk Senayan, malah masuk lembaga pemasyarakatan. (KR/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

SOPIR angkot kelewat HOT


- Iman sering kali kalah dengan dorongan “si imin”. Lihat saja, Martowi, 57, sopir angkot dari Malang (Jatim) ini. Melihat anak tirinya, Endah, 20, begitu mulus, langsung saja dilabrak habis sampai hamil 5 bulan. Lelaki hot ini berusaha menyembunyikan aibnya, tapi malah babak belur digebugi warga dan tetangga.

Berpijak pada iman, niscaya menuju keselamatan. Sebaliknya memperturutkan “si imin” bisa membawa kehancuran. Tapi di dunia yang fana ini, sering kali iman kalah sama si imin, sehingga dunia selalu bergejolak dan hiruk pikuk. Setan yang begitu piawai menggoda, orang-orang berimanpun banyak sekali yang terperosok godaan “ si imin”. Akibatnya, di mana-mana selalu ada penjahat kelamin, sehingga kolom ini pun tak pernah kehabisan bahan.

Martowi dari Desa Kasri Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang, adalah bagian dari penjahat kelamin itu. Sudah punya istri lumayan cantik, Marwiyah, 47, eh masih nginceng (mengincar) anak tirinya sendiri. Katanya, Endah lebih renyah dan gurih, iabaratnya sepotong kerupuk. Ya kalau dibanding-bandingkan, jelas si anak tiri lebih menjanjikan, karena memang jauh lebih muda. Tapi Marwilyah kan bukan kerupuk, sehingga biar alot macam kerupuk kanginan, tak boleh dikesampingkan.

Sopir angkot ini menikahi ibu Endah sekitar 10 tahun lalu, dengan harapan bisa menghasilkan keturunan dan bertebaran di muka bumi. Tapi ternyata mandul. Sepuluh tahun menikah, ya 10 tahun pula rumahtangganya sepi tanpa adik kecil. Mulailah Martowi jenuh pada istri sendiri. Pada perkembangan lain, dia menyaksikan bahwa penampilan anak tirinya dari hari kehari semakin oke saja. “Sikat saja Bleh, sebelum keduluan lelaki lain,” begitu kata setan mempengaruhi.

Terus terang saja, meskipun ngakunya beragama tapi agama Martowi hanya dalam KTP, tak dipraktekkan dalam sehari-hari. Jadi meski ngakunya beriman, imannya baru setebal selotip. Sekali waktu menyaksikan paha mulus anak tirinya, sopir angkot ini langsung blingsatan. “Tongkat persneling”-nya yang tadi dalam posisi nol, langsung berada di posisi dua, tiga, dan siap ngebut di ranjang mesum bersama Endah.

Hari itu istrinya masih berada di pasar, sedangkan Endah baru saja pulang sekolahnya di SMA. Saat dia tengah ganti baju di kamarnya, kontan diserbu dan dipaksa melayani kebutuhan biologisnya. Awalnya, gadis itu berontak, tapi pada akhirnya pasrah saja setelah terkena daerah “pengapesan”-nya. “Awas, kamu jangan bilang siapa-siapa ya!” ancam Martowi setelah sukses besar.

Sebagai sopir angkot yang kelewat hot, lain hari Martowi jadi ketagihan, sehingga setiap situasinya demikian kondusif Endah pun diajak melayani nafsunya. Karena tak mau dijadikan budak nafsu ayah tirinya, Endah belakangan lebih sering menghindar main ke rumah teman. Dia baru berani di rumah hanya ketika ibunya ada. Maklumlah, meski dirinya bukan orang “sukerta”, tapi ayah tirinya kadung jadi Betara Kala yang siap menerkam dirinya kapan saja.

Meski belakangan sudah tak “dimakan Betara Kala”, tapi perut Endah kadung membuncit. Kata bidan yang memeriksanya, anak tiri itu hamil 5 bulan. Martowi minta agar Endah tetap tutup mulut siapa yang menghamili. Tapi didesak kanan kiri siapa tahan? Begitu anak tiri tersebut menyebut nama Martowi, para tetangga jadi emosi. Lelaki tua bangka ini jadi bulan-bulanan warga. Dalam kondisi babak belur baru diserahkan ke Polsek Bululawang. “Sudah tua nggak cari dalan padang,” kata warga.

Martowi nggak mikir surga, hanya mikir “surga dunia”. (JP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

PAK GURU raja SeLINGkuh


PAK GURU akrab dengan wali murid, adalah hal lumrah. Tapi keakraban Kadri, 30, dengan sejumlah orangtua murid ini lain, hingga sampai ke urusan ranjang segala. Gara-gara ulah Pak Guru raja selingkuh, rumahtangga 3 wali murid di Pragaan Sumenep (Madura) berantakan karenanya. Kadri pun banjir demo!

Pendidikan anak tidaklah mutlak di tangan guru, tapi juga orang tua. Demi sinkronisasi, karenanya terbentuklah kemudian Persatuan Orangtua Murid dan Guru (POMG), yang kemudian berkembang menjadi BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan). Melalui wadah inilah orangtua dan guru asah-asih demi kemajuan pendidikan anak yang belajar pada sekolah dimaksud. Memutuskan apapun, terutama perihal sumbangan uang untuk sekolah, harus sepengetahuan Ketua POMG atau BP3.

Karena itulah ketika Pak Guru Kadri kelihatan akrab dengan sejumlah wali murid, pihak KS (kepala sekolah) dan masyarakat tidaklah curiga. Tapi ketika kemudian yang diakrabi Pak Guru ini hanya walimurid wanita dan yang cantik-cantik, para orang tua murid mencium ketidak-beresan masalah ini. Masak, urusan POMG kok sampai ke ranjang segala. Gara-gara ulah Pak Kadri, POMG di SDN Pragaan Laok 3 terpeleset jadi kepanjangan: Para Orangtua Makin Gondok!

Pak Kadri orangnya memang ganteng, cakap bicara lagi. Karenanya bagi perempuan yang punya bakat nyeleweng, mudah tergoda rayuannya. Tutur kata Pak Guru satu ini memang bikin lherrrrr kaum hawa, sehingga mengundang hawa nafsu. Jika sudah begini, ibu-ibu muda yang baru berusia sepantar Kadri juga, jadi lupa akan suaminya di rumah. Ditambah rayuan maut Pak Guru yang mendayu-dayu, ibu wali murid ini akhirnya bertekuk lutut dan berbuka paha pada Pak Guru Kadri.

Kali pertama Kadri memacari Ny. Santi, 27, ibu dari salah seorang muridnya. Ketika perempuan itu datang ke sekolah memberitahukan bahwa putrinya tak bisa masuk sekolah karena sakit, urusan tidak selesai sampai di situ saja. Keduanya kemudian tilpun-tilpunan, kemudian janjian di suatu tempat. Setelah format politiknya bisa dibikin sama, tanpa sungkan lagi mereka menjalin asmara. Lupa bahwa di rumah punya suami, Ny. Santi mau saja disetubuhi Pak Guru Kadri. Nah, ketika skandal itu terbongkar, rumahtangga Santi jadi berantakan, karena dia diceraikan suami.

Meski telah jatuh korban, Pak Guru Kadri tak juga kapok. Dia terus saja tebar pesona pada sejumlah walimurid yang cantik. Korban kedua adalah Ny. Dasweni, 29. Ibu dari pada salah satu murid Kadri ini dipacari, dan kemudian kembali disetubuhi. Entah berapa lama mereka berselingkuh, ketika suami Dasweni memergoki, skandal ini juga berakhir dengan perceraian. Padahal, janda pedotan itu kemudian juga tak diambil alih atau diakuisi oleh Kadri yang mata keranjang itu.

Pak Guru Kadri kena batunya ketika memacari Ny. Hasnah, 27, salah seorang wali murid SDN Pragaan Laok 3. Adegan ranjang mereka memang tak pernah dipergoki, tapi seringnya Kadri memboncengkan bini orang, sudah menjadi rahasia umum. Bahkan tempat-tempat Kadri – Hasnah berkencan, juga sudah diketahui warga. Nah, para orangtua murid yang tak mau istri-istri mereka jadi korban Kadri berikutnya, segera menggelar demo ke SDN Pragaan Laok 3. Mereka mendesak kepada Kepala Sekolah, agar guru raja selingkuh itu dipecat. “Masak, pendidik kok malah suka makan bini orang!” protes para orangtua murid. Pak KS tentu saja hanya bisa menampung usulan itu, karena pemecatan Kadri adalah wewenang Dinas selaku atasannya.

Kadri yang makan “nangka”, Pak KS kena getahnya. (JP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Jaga PUPUK apa MUPUK cinta


– Orang sekarang bawaannya curiga melulu. Ada polisi menginap di rumah janda, dituduhnya selingkuh. Padahal kehadiran Bripka Handoko, 35, setiap malam itu tak lebih jaga gudang pupuk, usaha milik Ny. Nunuk,40. Tuduhan bahwa mereka memupuk cinta, sama sekali tak terbukti, tapi sudah kadung digerebek.

Polisi atau tentara dikaryakan, kini sudah hal biasa. Untuk menambah penghasilan, Bripka Handoko yang bertugas di Polres Tulangbawang nyambi jadi “satpam” di gudang milik Ny. Nunuk di Desa Jayaasri Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung. Karenanya, setiap selesai dinas di Polres malam harinya dia sering “piket” di gudang milik si janda. Honornya setiap bulan lumayanlah, bisa menambah dapurnya di rumah tetap ngebul. Hingga di sini semuanya sah-sah saja dan asyik-asyik saja.

Kalau ada yang salah, kenapa Ny. Nunuk itu janda, dan kenapa pula berwajah cantik juga. Padahal yang namanya janda cantik, sangat rawan gosip. Kelihatan dia sok ganjen di depan lelaki, sudah dituduh kegatelan rindu lelaki. Maka ketika warga dan tetangga melihat lelaki berseragam polisi sering menginap di rumah Nunuk, langsung saja dituduh mereka berbuat mesum, paling tidak pacaran. Dan isyu miring ini demikian santer berhembus di Desa Jayaasri. ”Gila tuh janda, baru setahun ditinggal mati suami, sudah masukin lelaki ke rumah,” kata warga.

Janda Nunuk memang lumayan kaya. Di rumah besarnya, di bagian belakang dibangun gudang pupuk yang menjadi lahan bisnisnya. Salahnya janda ini, ketika dia menunjuk Bripka Handoko menjadi penjaga gudang pupuknya, dia tak mensosialisasikan kepada warga sekitarnya. Kepada pengurus RT juga tidak melapor bahwa dia mempekerjakan seorang anggota polisi sebagai keamanannya. Ny. Nunuk berpikir, warga tidak akan mempermasalahkan, karena dianggapnya ini urusan orang masing-masing. Padahal…….

Desa Jayaasri termasuk lingkungan yang agamis, yang sangat peka terhadap hil-hil yang mustahal. Maka demi ada info seorang anggota polisi suka ”nyatroni” rumah janda di malam hari, mereka langsung menuduh pasti berbuat selingkuh. Bersama pengurus RT kemudian mereka bersepakat, untuk menggerebek mereka. ”Biar nyaho, memangnya kampung ini rumah bordil, apa?” kata warga berapi-api.

Dua malam lalu rumah janda Nunuk yang beranak dua itu benar-benar digerebek. Ketika tuan rumah membukakan pintu dalam jeda lumayan lama, makin curiga saja bahwa Ny. Nunuk sedang ”ketanggungan” dengan oknum polisinya. Tapi ketika sudah berhasil masuk, tak ada apa-apa. Polisi itu tidak berada di rumah induk, melainkan jaga di gudang bagian belakang. Itu pun belum cukup, Nunuk dan Bripka Handoko tetap dibawa ke Polsek Tulangbawang.

Di sinilah baru semuanya jelas. Antara Ny. Nunuk – Bripka Handoko tak ada hubungan apa-apa kecuali bisnis. Karena pupuknya sering dicolong orang, Ny. Nunuk kemudian membayar Bripka Handoko untuk menjadi keamanannya. Sebagai orang bayaran, tentu saja mas polisi ini setiap malam menjaga gudang milik Ny. Nunuk. Karena faktanya memang demikian, Nunuk – Bripka Handoko pun dibebaskan dan warga diminta bubar dan pulang ke rumah masing-masing.

Puas? Handoko murni jaga gudang pupuk, bukan memupuk cinta. (RL/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

SUAMI yang dibuang SAYANG


– Suami cengkiling (suka memukul), memang menyebalkan. Tapi setelah Karneli, 40, masuk penjara gara-gara laporannya, Ny. Tumini, 32, jadi kesepian sendiri. Dia lalu berselingkuh dengan Katimin, 26. Tapi sial, setelah kadung hamil, lelaki itu tak mau tanggungjawab. Ngamuklah Tumini, sampai bakar rumah gendakan.

Perempuan cap apapun selalu mendambakan suami yang tampan, banyak duit dan sayang istri. Tapi tak semuanya bisa terkabul. Contohnya Ny. Tumini dari Kulon Progo (DIY) ini; sudah tampang dan rejekinya Karneli pas-pasan, kodo (suka memukul)-nya luar biasa. Tersinggung sedikit saja marah, marah sedikit saja kalap, kalap sedikit saja main tempeleng. Akhirnya Tumini suka bertanya: “Kenapa Karneli main tempelengnya cuma sedikit?”

Padahal main tempeleng dan marah takkan menyelesaikan masalah, sebab yang bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah hanyalah Kantor Pegadaian. Karena itu pula, rumahtangga Karneli – Tumini semakin berantakan. Ekonomi makin susah, kelakuan suami makin njelehi (memuakkan). Ketika Karneli marah besar dan mengancam akan membunuhnya, tanpa pikir panjang Tumini lapor ke Polres Wates. Eh, laporan itu diproses dan kini Karneli benar-benar masuk penjara.

Suami masuk bui ternyata tak menyelesaikan masalah. Justru kini masalah lain datang menyusul. Ya urusan perut, ya urusan yang di bawah perut, pokoknya masalah yang demikian multi dimensi. Bila soal makan masih bisa ceker-ceker (cari sendiri), tapi yang di bawah perut. Dulu ketika Karneli masih di sampingnya, secara rutin dia memberi “jatah” seminggu dua kali, bahkan kadang ngebon sampai 3 kali. Tapi sekarang, sudah berbulan-bulan cotho tanpa kegiatan yang signifkan sebagaimana biasanya.

Dalam suasana kesepian yang hebat, munculah kemudian Katimin, brondong muda dari Desa Sogan Kecamatan Wates. Rupanya anak muda ini tahu juga bahwa Ny. Tumini sangat kesepian dan membutuhkan sentuhan kaum adam. Maka melihat gelagat yang begitu positif tersebut, segera saja dia masuk. Eh, ternyata betul. Tanpa pakai kemenyan satu kwintal, istri Karneli ini langsung bertekuk lutut dan berbuka paha untuk si brondong muda Katimin.

Di berbagai kesempatan mereka kemudian selalu berbagi cinta. Kadang di rumah Tumini sendiri di Desa Margosari Kecamatan Pengasih, kadang di losmen krusek di bilangan kota Wates. Betapapun tempatnya tak begitu memadai, namanya barang colongan, tetap saja uenak tenan seperti kata Timbul dulu. Cuma saking asyiknya, Ny. Tumini ini lupa bahwa dia sesungguhnya punya suami dan kebetulan pula bapaknya anak-anak ini masih dalam penjara. Bagaimana logikanya, suami terkungkung dia malah asyik masuk dalam sarung?

Saking lupa daratan saat berselingkuh, tahu-tahu Tumini hamil. Nah, bingunglah dia. Bagaimana logikanya, suami di penjara kok istri hamil, memangnya “bibit unggul” bisa dikirim lewat internet? Dalam pikiran terpojok, Tumini kemudian mencari-cari Katimin untuk bertanggungjawab. Tapi celaka, si brondong ini ngilang dan ngumpet melulu. Tumini yang kalap nekad membakar rumah gendakannya pakai bensin. Urusan tentu saja makin runyam, karena dia segera ditangkap dan dijebloskan ke Polres Wates. “Enaknya mau, kok anaknya tidak mengaku,” omel Tumini saat diperiksa petugas.

Asyik kan, setelah divonis nanti bisa ketemu suami dalam sel. (KR/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

Digondol LELAKI subita


– Makanya, kalau punya bini cantik jangan lama-lama ditinggal, bisa digondol orang. Hal ini benar-benar dialami Yatmidi, 40, warga Grobogan Jateng. Kelamaan ditinggal kerja di Jakarta, bininya yang semlohai disosor Kusnin, 34, lelaki subita (suka bini tetangga). Tinggal kini Yatmidi melapor ke kantor polisi.

Mobil atau motor bagus suka diirik-iriki (ditaksir) dan dicolong orang. Apa lagi bini cantik, bila ketemu tetangga mental Dasamuka, lengah sedikit bisa wush……dibawa lari. Karena itulah, yang beruntung punya “kendaraan” mulus begitu, harus dijaga dengan hati-hati, jangan lama-lama ditinggal pergi. Kalau istrinya kurang iman, dalam kondisi kesepian dia bisa saja menyerahkan “aset” miliknya pada lelaki lain macamYatmidi ini. Gara-gara istrinya dibawa kabur tetangga sendiri, dia hanya bisa meratap dan melantunkan lagunya Soni Joss: “Ndang baliya Sri……!”

Lima tahun lalu Yatmidi menikahi Sri Lestari, warga Desa Tunggak Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Semua orang mengakui, bini Yatmidi ini cantik. Sayangnya, punya “kendaraan” bagus tak didukung oleh ekonomi yang mapan. Untuk membiayai keluarganya yang sudah beranak satu, sejak dua tahun lalu Yatmidi kerja di Jakarta. Lagi-lagi ekonominya belum kuat, sehingga keluarganya tetap tinggal di kampung. Sebulan sekali Yatmidi menemui istrinya, dalam rangka setor benggol dan bonggol.

Karena kondisinya memang mengharuskan begitu, Yatmidi bisa menerima keadaan ini. Tapi beda dengan Sri Lestari. Sebagai wanita muda yang masih sangat enerjik, dia tak puas hanya sebulan sekali dapat kehangatan malam dari suami. Apa lagi bila dirinya sedang “berhalangan”, sia-sia saja Yatmidi pulang kampung. Karenanya ketika kembali ke Jakarta, wajahnya nampak kusut dan masgul. Paling-paling untuk menghibur hatinya yang gundah gulana, dia menyanyikan lagunya Kus Plus: “Walaupun apa yang terjadi aku tetap kan kembali ke Jakarta…!”

Adalah Kusnin, lelaki tetangga yang diam-diam menjadi pengamat wanita. Melihat gerak-gerik Ny. Sri selama ini, dia memastikan bahwa istri Yatmidi ini sangat “kehausan”, sedang “termos” miliknya sedang di Jakarta. Dasar dia lelaki mata keranjang, Kusnin lalu menawarkan “termos” miliknya kepada wanita itu, ee….. barangkali suka. Lewat bahasa-bahasa seronok yang hanya dipahami kalangan dewasa, Kusnin menangkap bahwa Sri Lestari memang memberikan lampu hijau.

Maka kelanjutannya bisa ditebak. Ketika jadwal kepulangan suami masih lama, Sri Lestari mengundang lelaki subita itu ke dalam kamarnya. “Jatah” yang mestinya dipasok dari suami, malam itu gantian diberikan oleh Kusnin yang petualang asmara. Dasar lelaki tetangga ini masih muda, maka servisnya sungguh luar biasa. Ibarat orang main bulutangkis, smash-smash Kusnin selalu tajam menukik, hingga Sri Lestari pun termehek-mehek dibuatnya.

Lama-lama aksi mesum antar tetangga itu tercium warga. Sekali waktu penduduk memergoki Kusnis sedang menyetubuhi istri Yatmidi. Warga pun geger. Untung bisa diselesaikan secara aman dan damai. Maksudnya, Yatmidi dari Jakarta takkan menuntut asal mereka kapok. Daripada jadi urusan polisi, Kusnin pun meneken perjanjian di atas meterai cukup bahwa tidak akan lagi mengganggu bini tetangga. “Perjanjian ini diteken tanggal sekian, sekian, srettt sretttt….,” kata Kusnin saat meneken naskah itu.

Tapi dasar peselingkuh handal, perjanjian itu hanya sebatas wacana belaka. Prakteknya dia terus saja menyelingkuhi Sri Lestari. Warga habis sudah kesabarannya, sehingga lapor Yatmidi di Jakarta. Tahu bahwa yang empunya bini mau pulang ke Grobogan, Kusnin segera membawa kabur Sri Lestari. Saat Yatmidi pulang, tak menemukan mereka. Melalui keluarga Kusnin dia mengancam, jika mau mengembalikan istrinya, Yatmidi masih akan memberi maaf. Tapi jika terus dikeloni sendiri, akan segera dilaporkan ke polisi.

Pilih mana? Menghadap penghulu apa halkim pengadilan? (SM/Gunarso TS)

Nah Ini Dia