YOU CAN GET ALL

Thursday 8 July 2010

Pak MUDIN nampik REJEKI


- Usai mijit janda cantik lalu upahnya kawin, asyik nggak? Tapi entar dulu! Yang ditawari ini pak modin yang sudah berkeluarga. Karenanya, meski warga mendesak, modin Mashuri, 52, terpaksa menolak. “Maaf deh, saya khilaf. Tapi sungguh, saya hanya mijit kakinya Marsih tok,” kata pak modin ampun-ampun.

Di era gombalisasi ini makin banyak lelaki yang mengumbar syahwat dengan kemasan poligami. Jaman Pak Harto masih berkuasa dulu, pegawai negri kawin lagi bisa kena PP-10. Namun setelah reformasi, PNS “slendro pelog” begitu kata orang Jawa, bolah-boleh saja asal rapi mengemasnya dan kuat duitnya. Karenanya selepas Orde Baru menteri beristri dua tidak masyalah, bahkan ada Wapres berbini tiga juga tidak ada yang ndemo. Pendek kata, asal tetap pada koridornya, orang bebas berpendapat termasuk juga bersyahwat.

Modin Mashuri, karena kondisi ekonominya yang biasa-biasa saja, tak mau kebawa arus. Istri seumur-umur cukup satu saja, wong itu saja tak pernah habis dimakan rayap. Tapi mendadak pada Sabtu malam lalu, dia dapat tawaran “mengasyikkan” dari warganya, untuk segera menikahi janda Marsih yang cantik dan seksi. Andaikan dia masih bujangan, dan usianya baru 30 tahunan begitu, pasti “rejeki” yang jarang ada itu segera disamber. Tetapi…….

Situasi dan kondisinya saat itu memang sangat berbeda. Pak Modin dapat tawaran tersebut dalam posisi terpojok. Dia dituduh oleh warga yang menggerebeknya, barusan bersetubuh dengan wanita yang bukan istrinya. Demi citra kampung dan nasib janda itu sendiri, Mashuri dipaksa menikahi si janda. “Mbok yen bisa ukuman liyane wae, aja ningkahan (kalau bisa hukuman lainnya saja, jangan menikahi),” pinta Pak Modin.

Sebagai modin yang jabatannya Kaur Kesra di desanya, tugas Mashuri memang beragam. Bukan saja mengurus warga di saat menikah atau meninggal, tapi juga tempat curhat segala masalah. Banyak warganya yang datang ke rumahnya untuk berkonsultasi rumahtangganya yang tengah genting. Dan pula, Pak Modin satu ini punya keahlian lain memijit. Penduduk Desa Giripurna Kecamatan Batu (Malang) tempat tinggalnya, jika kesleo atau pegel linu, larinya pasti minta diurut modin Mashuri.

Adalah Marsih, 40, janda muda yang baru setahun lalu ditinggal mati suami. Dia sering datang ke rumah pak modin untuk curhat keluarganya. Di antaranya, dia bingung menentukan pilihan. Begitu banyak lelaki yang menginginkan dirinya, dengan memamerkan segala kelebihan masing-masing, dari harta hingga penampilan. Marsih ragu menentukan pendamping baru, takut dapat lelaki yang tidak seperti almarhum suami. “Jadi saya harus bagaimana Pak, si A, si B atau si C, semuanya baik….,” kata Marsih sekali waktu.

Kalau mental pak modin macam Begawan Wisrawa dalam kisah perwayangan, pasti “Dewi Sukesi” dari Malang ini dikawini sendiri. Tapi sebagai modin yang santun, dia hanya bisa menyarankan sesuai pentunjuk agama. Lalu Mashuri pun mengutip hadist Nabi, bahwa orang menikah itu begitu banyak pilihannya. Ada karena kekayaannya, karena kecantikannya. “Maka kawinilah lelaki atau wanita, karena agamanya!” kata Mashuri. Sepertinya Marsih menerima dengan lega petunjuk itu, terbukti dia lama tak bercurhat ria lagi.

Tapi setelah dua minggu tak ke rumah, mendadak Pak Modin diminta datang ke rumah Marsih untuk ngurut kakinya yang kesleo. Karena itu memang juga bagian dari profesinya, meski sudah pukul 21.00 dia berangkat juga. Mulailah dia memijit, dan tahu-tahu rumah Marsih digedor-gedor warga. Ternyata Pak Modin dituduh baru saja bersetubuh dengan janda cantik itu, karenanya harus menikah malam itu juga. Untung ramuan beras kencur yang ada di tangannya jadi barang bukti tak terbantahkan. “Saya sungguh nggak ngapa-ngapa, kecuali mijit. Tapi lain kali, saya nggak mau mijit wanita tengah malam,” janji Pak Modin.

Termasuk mijit yang tengah-tengah lho ya! (JP/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

No comments:

Post a Comment