YOU CAN GET ALL

Thursday 8 July 2010

Digondol LELAKI subita


– Makanya, kalau punya bini cantik jangan lama-lama ditinggal, bisa digondol orang. Hal ini benar-benar dialami Yatmidi, 40, warga Grobogan Jateng. Kelamaan ditinggal kerja di Jakarta, bininya yang semlohai disosor Kusnin, 34, lelaki subita (suka bini tetangga). Tinggal kini Yatmidi melapor ke kantor polisi.

Mobil atau motor bagus suka diirik-iriki (ditaksir) dan dicolong orang. Apa lagi bini cantik, bila ketemu tetangga mental Dasamuka, lengah sedikit bisa wush……dibawa lari. Karena itulah, yang beruntung punya “kendaraan” mulus begitu, harus dijaga dengan hati-hati, jangan lama-lama ditinggal pergi. Kalau istrinya kurang iman, dalam kondisi kesepian dia bisa saja menyerahkan “aset” miliknya pada lelaki lain macamYatmidi ini. Gara-gara istrinya dibawa kabur tetangga sendiri, dia hanya bisa meratap dan melantunkan lagunya Soni Joss: “Ndang baliya Sri……!”

Lima tahun lalu Yatmidi menikahi Sri Lestari, warga Desa Tunggak Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Semua orang mengakui, bini Yatmidi ini cantik. Sayangnya, punya “kendaraan” bagus tak didukung oleh ekonomi yang mapan. Untuk membiayai keluarganya yang sudah beranak satu, sejak dua tahun lalu Yatmidi kerja di Jakarta. Lagi-lagi ekonominya belum kuat, sehingga keluarganya tetap tinggal di kampung. Sebulan sekali Yatmidi menemui istrinya, dalam rangka setor benggol dan bonggol.

Karena kondisinya memang mengharuskan begitu, Yatmidi bisa menerima keadaan ini. Tapi beda dengan Sri Lestari. Sebagai wanita muda yang masih sangat enerjik, dia tak puas hanya sebulan sekali dapat kehangatan malam dari suami. Apa lagi bila dirinya sedang “berhalangan”, sia-sia saja Yatmidi pulang kampung. Karenanya ketika kembali ke Jakarta, wajahnya nampak kusut dan masgul. Paling-paling untuk menghibur hatinya yang gundah gulana, dia menyanyikan lagunya Kus Plus: “Walaupun apa yang terjadi aku tetap kan kembali ke Jakarta…!”

Adalah Kusnin, lelaki tetangga yang diam-diam menjadi pengamat wanita. Melihat gerak-gerik Ny. Sri selama ini, dia memastikan bahwa istri Yatmidi ini sangat “kehausan”, sedang “termos” miliknya sedang di Jakarta. Dasar dia lelaki mata keranjang, Kusnin lalu menawarkan “termos” miliknya kepada wanita itu, ee….. barangkali suka. Lewat bahasa-bahasa seronok yang hanya dipahami kalangan dewasa, Kusnin menangkap bahwa Sri Lestari memang memberikan lampu hijau.

Maka kelanjutannya bisa ditebak. Ketika jadwal kepulangan suami masih lama, Sri Lestari mengundang lelaki subita itu ke dalam kamarnya. “Jatah” yang mestinya dipasok dari suami, malam itu gantian diberikan oleh Kusnin yang petualang asmara. Dasar lelaki tetangga ini masih muda, maka servisnya sungguh luar biasa. Ibarat orang main bulutangkis, smash-smash Kusnin selalu tajam menukik, hingga Sri Lestari pun termehek-mehek dibuatnya.

Lama-lama aksi mesum antar tetangga itu tercium warga. Sekali waktu penduduk memergoki Kusnis sedang menyetubuhi istri Yatmidi. Warga pun geger. Untung bisa diselesaikan secara aman dan damai. Maksudnya, Yatmidi dari Jakarta takkan menuntut asal mereka kapok. Daripada jadi urusan polisi, Kusnin pun meneken perjanjian di atas meterai cukup bahwa tidak akan lagi mengganggu bini tetangga. “Perjanjian ini diteken tanggal sekian, sekian, srettt sretttt….,” kata Kusnin saat meneken naskah itu.

Tapi dasar peselingkuh handal, perjanjian itu hanya sebatas wacana belaka. Prakteknya dia terus saja menyelingkuhi Sri Lestari. Warga habis sudah kesabarannya, sehingga lapor Yatmidi di Jakarta. Tahu bahwa yang empunya bini mau pulang ke Grobogan, Kusnin segera membawa kabur Sri Lestari. Saat Yatmidi pulang, tak menemukan mereka. Melalui keluarga Kusnin dia mengancam, jika mau mengembalikan istrinya, Yatmidi masih akan memberi maaf. Tapi jika terus dikeloni sendiri, akan segera dilaporkan ke polisi.

Pilih mana? Menghadap penghulu apa halkim pengadilan? (SM/Gunarso TS)

Nah Ini Dia

No comments:

Post a Comment