YOU CAN GET ALL

Friday 10 December 2010

MACET dan MACET LAGI

untaianberita
PEMBANGUNAN FLYOVER
Kampung Melayu, Blok M Bakal Macet Parah
Kemacetan disebabkan penggunaan jalan bagi kendaraan berat dan aktivitas pembangunan.
SABTU, 11 DESEMBER 2010, 10:19 WIB
Arry Anggadha, Sandy Adam Mahaputra
Maket jalan layang Casablanca (Dokumen Dinas PU DKI)

VIVAnews - Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya memprediksi terjadinya peningkatan kemacetan 20 persen di lokasi pembangunan fly over non tol Kampung Melayu – Tanah Abang dan Pangeran Antasari - Blok M.

Untuk itu, pemerintah DKI Jakarta diminta segera menerapkan managemen lalu lintas saat melaksanakan pembangunan jalan layang tersebut.

"Kita prediksi arus lalu lintas di jalur pembangunan fly over akan bertambah macet 10 hingga 20 persen," kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Royke Lumowa saat berbincang dengan VIVAnews, Sabtu 11 Desember 2010.

Peningkatan kemacetan, sambungnya, disebabkan adanya penggunaan jalan bagi kendaraan berat dan aktivitas proyek pembangunan. "Saat ini saja sudah sangat macet, apa lagi tambah ada pembangunan jalan," ungkapnya.

Ia menambahkan besarnya peningkatan itu sebenarnya sudah diantisipasi dengan managemen lalu lintas. Salah satunya akan diterapkan sistem buka tutup kepada kendaraan yang akan melintas di jalur pembangunan fly over.

Petugas polisi rencananya akan ditempatkan di lokasi pembangunan untuk menjalankan buka tutup arus. "Kalau tidak dilakukan buka tutup, peningkatan kemacetan bisa mencapai 40 persen atau lebih," paparnya.

Disisi lain, ia meminta pihak kontraktor pembangunan jalan harus mengikuti aturan lalu lintas. Kontraktor diminta untuk tidak meletakan peralatan berat dan bahan bahan baku jembatan di sembarang jalan dan mendatangkan peralatan beratnya diatas pukul 22.00 malam. "Kontraktor tidak boleh seenaknya menaruh bahan baku di sembarang tempat. Jadi harus mau ikut aturan petugas yang ditempatkan di lokasi tersebut," tuturnya.

Namun, Royke kembali mengatakan pembangunan fly over hanya menyelesaikan kemacetan jangka pendek. Ia menilai dengan adanya jalan baru, hanya akan merangsang kembali pertumbuhan kendaraan. "Percuma saja membangun fly over maupun jalan layang. Pembangunan Fly over ibarat sama dengan menambah ember untuk menampung kebocoran. Namun lambat laun, ember tersebut akan penuh menampung air bocor dari atap,” jelas dia.

Menurut Royke, daripada memperbanyak fly over, lebih baik pemerintah mengoptimalkan Transportasi umum di Ibukota yang kondisinya sangat memprihatinkan dan jauh dari kelayakan. Hal itu mengakibatkan warga lebih memilih kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. "Sarana prasarana angkutan massal di Jakarta persentasenya hanya 1,5 persen, sementara kendaraan pribadi 98, 5 persen," ujarnya mengakhiri perbincangan.

Berdasarkan pantauan, beberapa jembatan seperti fly over Roxi, Pesing, Pancoran, Semanggi, Pasar Rebo, Cempaka Mas, Cawang, kemacetan tetap saja terjadi.

Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Pada tahun 2009, jumlah kendaraan bermotor mencapai 9.993.867. jumlah ini meningkat 15 persen pada tahun 2010 dengan jumlah 11.362.396 yang terdiri dari roda dua sebanyak 8.244.346 unit dan roda empat sebanyak 3.118.050 unit.

Jumlah ini belum ditambah dengan jumlah angkutan yang melintas dalam satu trayek yang menurut data Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya sebanyak 859.692 armada.Panjang jalan di Jakarta hanya 7.650 km dan luas jalan 40,1 km atau 0,26 persen dari luas wilayah DKI. Sedangkan pertumbuhan panjang jalan hanya 0,01 persen per tahun.

• VIVAnews

No comments:

Post a Comment