Pengurus masjid, Dul Patah (60) menuturkan, masjid Jami dibangun oleh Mbah Agung Rogoselo atau Muhammad Makdum Hasan, yang konon merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Menurut cerita turun temurun, masjid tersebut sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit.
Menurutnya, bangunan Masjid Kramat Wali Agung Rogoselo awalnya hanya seluas 12 meter persegi, dengan arsitektur seperti masjid di Demak, ditopang empat tiang utama sebagai penyangga. Bangunan bersejarah ini sudah beberapa kali direnovasi, yakni pada tahun 1948, 1960, 1981 dan 2007. Bangunan masjid pun semakin diperluas untuk menampung jamaah yang semakin membludak.
Namun, lanjut Dul Patah, empat tiang penyangga utama itu hingga kini masih utuh dan tetap kuat sebagai penyangga masjid. Untuk melindunginya dari rayap, kayu penyangga dilapisi dengan cor-coran dari semen. ”Sebelum dipugar, masjid ini berdinding kayu dan beratapkan ijuk. Namun kini sudah dipugar semua, hanya disisakan empat saka penyangganya,” jelas dia.
Ruangan di dalam masjid ini disekat menjadi dua untuk memisahkan antara jamaah perempuan dan laki-laki. Keramaian jamaah masjid tidak hanya bisa ditemukan di bulan suci ini saja. Di bulan-bulan biasa pun, masjid ini selalu ramai. Maklum nuansa religi masih kental bagi warga Desa Rogoselo, sebab syiar agama masih berjalan dengan baik di dukuh yang hanya ada puluhan rumah ini.
Aktivitas Ramadan di masjid tua ini sudah tampak menjelang waktu berbuka. Sambil menunggu adzan maghrib, pengelola masjid menggelar kuliah tujuh menit (kultum). Setelah salat tarawih, masjid kembali diramaikan dengan lantunan ayat-ayat Al Quran. Secara bergiliran anak-anak dan pemuda setempat membaca Al Quran. Untuk penyemangat, warga secara bergiliran menyediakan jaburan. haw-yan
No comments:
Post a Comment