YOU CAN GET ALL

Friday 18 November 2011

Cara Mencetak Buku dan Cara Hitungannya

untaianberita Berbagi Ilmu Percetakan: Mencetak Buku Melihat respon dari para pembaca tentang postingan “Berbagi ilmu percetakan” yang cukup besar maka saya akan melanjutkan dengan postingan baru seputar ilmu percetakan. Jika pada postingan yang terdahulu membahas tentang bagaimana cara mencetak poster maka pada postingan kali ini akan membahas bagaimana cara mencetak buku. Postingan ini berlaku untuk seluruh hal yang berhubungan dengan buku, seperti majalah, proposal, tablolid, dan sebagainya. Jadi langkah-langkah di bawah nanti sifatnya berlaku umum dapat diterapkan di segala jenis buku. Perbedaan dari masing-masing item tersebut akan terletak dalam tahap-tahap tertentu yang nanti juga akan dijelaskan. Untuk pertama kita akan memulai dengan cara membuat suatu buku majalah atau novel. Mungkin jika dari para pembaca adalah merupakan penulis novel, namun takut untuk mempublikasikannya atau ingin membuat majalah untuk mempromosikan kegiatannya kini anda bisa mencetak novel tersebut sendiri. 1. Tentukan jumlah halaman Langkah pertama dalam mencetak buku adalah dengan menetukan jumlah halaman isi buku yang ada. Hal ini penting karena akan berpengaruh pada saat penetuan proses finishing yang diinginkan. Setidaknya terdapat satu aturan penting dalam menentukan jumlah halaman pada buku. Untuk membuat buku dengan format stapeles (seperti majalah) maupun jilid kawat (seperti buku-buku ensiklopedia) pastikan jumlah halaman isi yang ada harus dapat dibagi dengan empat. Hal ini penting karena satu lembar isi buku nantinya akan terdiri dari empat halaman. Untuk membuat buku dengan format lem panas (seperti novel, jurnal) aturan jumlah halaman isi dibagi empat tidak berlaku. Namun untuk mempermudah dan menghemat ongkos cetak mengikuti aturan jumlah halaman isi dibagi empat tetap direkomendasikan. 2. Tentukan ukuran buku Ukuran buku sangat penting untuk menentukan biaya pembuatan film. Umumnya buku-buku novel yang ada berukuran (ukuran jadi) A5 (14,58 x 21,0 cm) atau ukuran-ukuran lainnya seperti B5 dan custom sesuai yang diinginkan. Sedangkan majalah ukuran paling besarnya umumnya adalah ukuran A4 (21,0 x 29,7 cm) atau lebih kecil. Dalam pembuatan film satu plat film nanti akan terdiri dari empat halaman (alasan lain mengapa aturan jumlah halaman dibagi empat direkomendasikan!). Satu plat film akan sama dengan satu lembar di dalam buku. Misal satu plat film akan terdiri dari hal: 3, 4, 17, 18 (untuk total isi 16 halaman dan seterusnya). Selain bergantung dengan jumlah halaman yang ada, jumlah plat film juga bergantung pada jenis halaman yang ada, apakah full colour (FC) atau hanya black and white (B/W). Jika cover buku adalah FC maka satu plat film dikalikan empat sehingga untuk satu lembar cetakan FC terdiri dari empat plat film. Hal tersebut juga berlaku untuk halaman isi yang jenis halamannya FC. Ingat satu plat film FC dikali empat! Untuk plat film B/W tidak berlaku dikali empat. Untuk menentukan biaya pembuatan film maka rinciannya rumusnya adalah: film* = ukuran 4 kali halaman jadi** x jumlah plat*** x harga film**** * catatan untuk disain dalam mencetak buku usahakan menggunakan software yang kompatible dengan pembuatan film seperti Adobe Indesign, Adobe Photoshop, dll. Selain itu pastikan warna font adalah 100%. Jika font warna hitam maka font di dalam design adalah hitam 100%. ** Dalam design jadi buat per halamannya/empat halamannya dilebihkan 2 mm. Sehingga ukuran jadi per plat film nanti adalah (X + 2 mm x Y + 2mm). Melebihkan 2 mm tersebut nantinya berfungsi untuk mempermudah dalam proses pemotongan kertas hasil cetakan. *** jumlah plat sebagai mana dijelaskan sebelumnya: total halaman / 4 (dan dikalikan empat jika full colour). **** harga film per cm persegi adalah rata-rata dari Rp 14 – Rp 11. 3. Tentukan jenis kertas dan jumlah buku yang dicetak Setelah selesai membuat film maka langkah selanjutnya adalah menetukan jenis kertas untuk buku. Umumnya jenis kertas untuk halaman isi majalah-majalah menggunakan jenis kertas art paper/grand paper. Sedangkan buku-buku lain ada yang menggunakan HVS maupun paper book (kertas untuk buku-buku novel). Sedangkan untuk cover berbagai macam buku umumnya menggunakan kertas art carton. Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan jumlah buku yang ingin dicetak. Hal ini berguna untuk menetukan berapa banyak jumlah kertas yang dibutuhkan. Dalam toko kertas biasanya kertas yang dijual dalam satuan plano. Berikut adalah rumus penentuan jumlah kertas yang dibutuhkan: satu kertas plano = kalikan ukuran kertas*/kalikan ukuran film per plat** total kertas yang dibutuhkan = total halaman (isi atau cover) buku***/satu kertas plano * ukuran kertas umumnya: 79×109 cm, 65×100 cm, 61×92 cm. ** setelah memasuki proses pembelian kertas konsultasikan terlebih dahulu dengan pihak percetakan mengenai ukuran potong kertas. Tapi kalau untuk perencanaan ukuran potong kertas dapat menggunakan ukuran film per plat. *** Total halaman adalah total dari seluruh kuantitas yang dicetak, bukan untuk satu buku. 4. Tentukan ongkos cetak dan finishing buku Setelah membeli kertas, kertas-kertas tersebut akan dibawa ke tempat percetakan bersama film-filmnya. Usahakan bertemu dengan pihak percetakan terlebih dahulu saat pertama kali ingin mencetak, khususnya untuk berkonsultasi. Di tempat percetakan film-film yang dibuat akan masuk mesin cetak sesuai dengan ukurannya masing-masing. Terdapat beberapa mesin cetak seperti Oliver 58, Oliver 66, maupun Oliver 72. Jika ukuran potongan kertas anda (baik pajang/lebar) kurang dari 58 cm maka film dan kertas anda akan masuk mesin cetak Oliver 58 dan seterusnya. Rumus penentuan ongkos cetak adalah sebagai berikut: Ongkos Cetak = jumlah plat film* x harga ongkos cetak** * Jumlah plat film sudah termasuk film yang separasi (FC, yang dikalikan empat) maupun film B/W ** Harga ongkos cetak tergantung pada mesin yang digunakan. Umumnya Oliver 58 harganya adalah Rp 75.000 per plat film dan Oliver 66 adalah Rp 90.000 per plat film. Setelah selesai dengan ogkos cetak maka langkah selanjutnya adalah proses finishing. Proses tersebut mencakup potong kertas dari hasil cetakan (ingat kertas hasil cetakan masih terdiri dari empat halaman), lipat, komplit, laminating, dsb. Untuk proses potong, stapeles, lipat biasanya percetakan menentukan harga sendiri. Biayanya tidak lebih dari Rp 100-200 ribu untuk proses tersebut. Dalam proses finishing ini anda dapat menentukan apakah cover buku anda ingin dilaminating atau tidak. Biasanya percetakan menyediakan dua jenis laminating yaitu laminating dof dan vernish. Untuk laminating vernish umumnya dikenakan biaya Rp 0,15 per cm persegi. Sedangkan, untuk biaya laminating dof, dikenakan Rp0,21 per cm persegi. Berikut adalah rumus penetuan ongkos laminating: laminating dof/vernish = ukuran cover yang dilaminting* x harga laminating per cm persegi * ukuran cover yang dilaminating adalah dua kali ukuran jadi buku (satu muka, cover dan back cover). Itu lah langkah-langkah dalam mencetak buku. Sedikit tips untuk menekan harga cetak dapat disiasati dengan mealakukan penawaran pada ongkos cetak maupun proses finishing. Semoga bermanfaat. Berbagi Ilmu Percetakan Buku, surat kabar, majalah yang Anda baca; poster, spanduk, dan baliho yang Anda lihat di jalan; kartu nama, map, dan stiker yang Anda punya saat ini adalah semua yang berhubungan dengan percetakan. Begitu pentingnya peran percetakan, sehingga dapat menghasilkan output-output tersebut. Sejak ditemukan pertama kali oleh Johannes Guttenberg sekitar tahun 1454, mesin cetak menjadi sesuatu yang vital. Penemuannya diikuti oleh munculnya Injil Gutteenberg. Seiring dengan kemajuan zaman, mesin cetak mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Jerman menjadi motor utama dalam perkembangan mesin cetak. Sementara itu, teknologi Jepang muncul sebagai pesaing utama teknologi Jerman. Bisnis percetakan di Indonesia sendiri, bukan lah hal yang baru. Usaha percetakan telah menjamur di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Hal ini sebanding dengan kebutuhan yang ada akan percetakan. Begitu banyak perusahaan percetakan yang berangkat dari skala besar sampai perusahaan dengan skala kecil. Bahkan, untuk berberapa media massa tertentu, percetakan menjadi entitas bisnis sendiri dalam perusahaannya. Semakin besar skala perusahaan maka semakin tinggi pula kualitasnya. Di daerah Jakarta sendiri sebagai sentra perekonomian Indonesia terdapat berberapa kawasan percetakan. Kawasan Percetakan terdiri dari berberapa perusahaan percetakan dan perusahaan-perusahaan komplementernya. Perusahaan komplementer tersebut antara lain adalah seperti perusahaan pembuatan film, perusahaan penjualan kertas, perusahaan tempat finishing. Daerah kawasan percetakan tersebut antara lain tersebar di daerah sekitar Stasiun Senen dan Jalan Pramuka Raya. Sebelum Kita pergi ke tempat percetakan, Kita terlebih dahulu membuat film. Memang dunia percetakan tak akan lepas dari dunia disain dan grafis. Di tempat pembuatan film, Kita cukup memberikan disain akhir untuk barang yang akan di cetak, misalnya Kita akan mencetak satu rim poster. Untuk biaya pembuatan film, Kita dapat menghitungnya dengan mengkalkulasikan ukuran dan warnanya dengan ongkos pembuatan film. Misalnya poster yang akan Kita cetak berukuran A3 (29,7 x 42,0 cm) dan terdiri dari empat warna (dalam disainnya) yaitu cyan, magenta, yellow, and key (black) maka cara menghitungnya adalah: 29,7 x 42,0 x 4 x Rp14,00 = Rp69.854 dibulatkan menjadi Rp69.900 Ket: Rp14,00 adalah harga standar film per cm persegi. Setelah selesai membuat film, langkah selanjutnya adalah membeli kertas. Biasanya kertas yang dibeli dalam ukuran plano. Namun, Kita dapat meminta toko kertas tersebut untuk memotongnya sesuai ukuran barang Kita (lebihkan 2 cm pada ukuran potongan untuk memudahkan percetakan nantinya) . Toko kertas sendiri biasanya cukup lengkap menyediakkan berbagai macam kertas dengan ukuran dan berat yang berbeda. Dalam hal ini, poster yang akan Kita cetak akan menggunakan kertas art paper 150 g ukuran 100 x 65 cm. Perlu diingat sebelum Kita membeli kertas, ada baiknya Kita mengecek terlebih dahulu jumlah yang dibutuhkan dan harga kertas tersebut sebelumnya. Untuk kertas art paper 150 g ukuran 100 x 65 cm di pasaran harganya adalah Rp1.200 per lembar plano. Sesuai perhitungan Kita sebelumnya, kertas yang dibutuhkan untuk mencetak satu rim poster adalah 125 lembar plano. Proses akhir dari mencetak poster adalah pergi ke tempat percetakan. Di percetakan sendiri Kita mencetak sesuai dengan kapasitas mesin percetakannya sendiri. Pada umumnya mesin percetakan yang ada di tempat-tempat percetakan berskala kecil adalah Mesin Cetak Oliver 58 dan Mesin cetak Oliver 66. Untuk Mesin Cetak Oliver 58, dikenakan ongkos cetak Rp75.000 per platnya. Sedangkan, Mesin Cetak Oliver 66 dikenakan harga ongkos cetak Rp90.000 per platnya. Karena ukuran poster Kita adalah A3 (29,7 x 42,0 cm) maka mesin cetak yang akan Kita gunakan adalah Mesin Cetak Oliver 58. Penghitungannya adalah sebagai berikut: 4 x Rp75.000 = Rp300.000 Ket: 4 adalah jumlah plat dari film yang Kita buat. Semakin banyak film yang Kita bua maka semakin tinggi ongkos cetaknya. Itulah sebabnya mengapa mencetak poster lebih murah ketimbang buku dan sebagainya. Lalu, masih di tempat percetakan, untuk mempercatik poster Kita maka biasanya poster tersebut dilaminating glossy atau didof (laminating Dof). Biasanya untuk Anda yang tidak ingin repot mengurus finishing ini, Kita dapat memesan tempat percetakan tersebut untuk mengerjakan finishingnya juga. Untuk laminating glossy dikenakan biaya Rp 0,15 per cm persegi. Sedangkan, untuk biaya Dof, dikenakan Rp0,21 per cm persegi. Namun, untuk kasus pembuatan poster Kita kali ini biasanya masih dikenakan minimum barang. Demikian lah perjalanan singkat Kita tentang dunia percetakan. Harga-harga yang tertera di atas adalah standar percetakan, tapi tak menutup kemungkinan harga tersebut lebih rendah atau tinggi. Hal ini tergantung dari tempat dan bargaining power Anda.

No comments:

Post a Comment