YOU CAN GET ALL

Monday 15 November 2010

Pulang Kerumah 163 warga masih Takut

untaianberita

163 Pengungsi Muntilan Belum Berani Pulang Rumah





Kulon Progo (ANTARA) - Sebanyak 163 pengungsi dari Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang berada di barak pengungsian Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum berani pulang ke desanya masing-masing.

Para pengungsi di Desa Banjararum, Selasa, lebih memilih merayakan Lebaran Idul Adha 1431 Hijriah di barak pengungsian, meskipun ada keinginan kuat untuk kembali ke desa mereka di Muntilan, Jateng.

"Saya dan keluarga ingin sekali pulang merayakan Idul Adha bersama warga lain, namun dengan kondisi seperti ini, saya dan keluarga hanya bisa pasrah karena jarak rumah saya dengan Sungai Krasak dan Sungai Bungu yang dilalui lahar Gunung Merapi hanya 300 meter," kata Siswanto (43), pengungsi di Desa Banjararum usai shalat Idul Adha.

Ia mengaku ingin sekali kembali ke kampung halaman namun tidak diizinkan petugas karena rumahnya berada di antara Sungai Krasak dan Sungai Bungu yang sangat rawan terjadi banjar lahar dingin Gunung Merapi.

Sementara itu khatib shalat Id di Lapangan Desa Banjararum Alip Mukyono meminta para pengungsi yang berada di desa ini agar mampu merajut dan menguatkan kembali hubungan solidaritas dan soliditas sesama Muslim.

"Bencana alam yang silih berganti menimpa negeri ini semoga semakin menyadarkan kita tentang kekuasaan Allah SWT. Tidak ada lagi tempat bagi kesombongan, pembangkangan, dan penolakan terhadap kehendak Allah SWT. Tunduk, taat, ikhlas, sabar, dan tawakal menjadi ungkapan iman yang paling penting dan aktual saat ujian datang. Musibah akan berubah menjadi peluang perbaikan iman dan pengkatan martabat manusia," katanya.

Menurut dia, solidaritas dan soliditas begitu kuat bagi umat ketika bencana datang. Perhatian dan empati kepada sesama datang dari semua arah dan sisi. "Satu fakta yang menegaskan bahwa harmoni kehidupan itu dalam solidaritas dan soliditas. Tolong menolong adalah pilar peradaban, sifat egois, dan tidak peduli kepada orang lain adalah cacat peradaban," katanya.

Ia mengaja umat Muslim untuk lebih meningkatkan solidaritas dan soliditas keumatan, kebangsaan, dan kemusiaan.

"Hubungan yang dibangun di atas landasan iman, dan takwa yang dihiasi dengan akhlak mulia tertuang dalam pola saling menghargai, menghormati, memahami perbedaan sebagai sebuah kenyataan yang tidak untuk dibenturkan tetapi harus diterima dan dikelola sebaik-baiknya," katanya.

No comments:

Post a Comment