Korea Utara menembakkan sejumlah selongsong artileri ke perbatasan Korea Selatan, yang membalas dengan tembakan.
Sekitar 50 selongsong mendarat di Pulau Yeonpyeong, tak jauh dari Selat Kuning. Menurut laporan televisi setempat, tembakan itu menyebabkan beberapa orang terluka dan merusak lusinan rumah. Empat tentara Korea Selatan, menurut kantor berita Yonhap, terluka.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan segera menaikkan tingkat kewaspadaan. Sejumlah pesawat jet dikirim ke pulau itu. Kepada AFP, juru bicara kementerian mengatakan sebuah unit artileri memulai dengan tembakan provokasi pada pukul 2:34 siang waktu setempat. "Pasukan Korea Selatan membalas sebagai upaya pertahanan diri," kata sumber itu.
Seorang penduduk Pulau Yeonpyeong, Lee Jong-Sik, mengatakan setidaknya sepuluh rumah terbakar. Ia tak dapat melihat jelas karena asap yang timbul. "Pengumuman melalui pengeras suara meminta kami meninggalkan rumah," kata dia kepada jaringan televisi YTN.
Ketegangan dua Korea meningkat sejak Maret lalu, ketika kapal perang Korea Selatan tenggelam. Korea Selatan menuduh Korea Utara menembak kapal selam itu dengan torpedo. Tuduhan itu dibantah keras oleh Korea Utara.
Akhir Oktober, baku tembak kembali terjadi di sekitar perbatasan.
Korea Utara mengklaim memiliki program pengayaan uranium yang tengah beroperasi. Ini menimbulkan ketegangan di kawasan, dan tekanan dari sejumlah negara agar Korea Utara menghentikan program itu.
PERKEMBANGAN BERITA:
Dua marinir Korea Selatan tewas dalam insiden tersebut.
Kantor kepresidenan Korea Selatan mengancam akan membalas dengan keras aksi provokasi Korea Utara.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan sudah memerintahkan persiapan menghadapi situasi terburuk. "Kami akan bersiap agar apa pun yang terjadi, kami bisa menanganinya," kata dia.
AFP
FOTO-FOTO:
Asap membubung dari Pulau Yeonpyeong, tak jauh dari perbatasan dengan Korea Utara, Selasa (23/11).
(AP Photo/Yonhap)
(AP Photo/Yonhap)
Warga Korea Selatan mengikuti siaran televisi tentang insiden di Pulau Yeonpyeong. (AP Photo/Lee Jin-man)
Korea Utara (Korut) menyerang Korea Selatan (Korsel) bukan tanpa sebab. Penyerangan ini terkait dengan upaya Korut membicarakan kembali program nuklir dan memberikan bantuan.
Selama ini tak terlalu diketahui kekuatan militer Korea Utara. Namun,sejumlah pakar memprediksi negara itu memiliki senjata kimia pemusnah massal dan dan beratnya mencapai 4.500 ton per tahun. Laporan mengindikasikan Korut sedikitnya memiliki 12 fasilitas untuk mengembangkan bahan kimia yang merupakan bahan dasar pembuatan senjata. Pyongyang juga menempatkan sistem artileri termasuk sistem roket yang mampu mencapai Seoul dan juga wilayah yang tak masuk jangkauan militer Demilitarized Zone (DMZ).
Sementara Korea Selatan pertama kali tertarik mengembangkan teknologi nuklir di tahun 1950 namun tidak membangun fasilitas nuklirnya hingga 1970. Adanya perubahan keamanan internasional membuat Korsel segera mengembangkan program nuklir di awal 1970-an. Pada tahun 1991,Roh Tae Woo menyatakan Korsel tak akan mengembangkan senjata nuklir. Hanya saja, gagal meski dua Korea sudah menandatangani penghapusan nuklir di Semenanjung Korea. Kini, Seoul memiliki 18 reaktor nuklir dan dua lainnya masih dibangun.
Berikut statistik militer kedua negara
Korea Utara
Jumlah personil angkatan udara: 85 ribu
Jumlah personil angakatan darat: 923 ribu personil
Jumlah tank: 3.500 unit
jumlah personil angkatan laut: 46 ribu
Jumlah senjata: 17.634.000 pucuk
Biaya militer: 4 miliar dollar AS
Korea Selatan
Jumlah personil angkatan udara: 52 ribu
Jumlah personil angakatan darat: 548 ribu personil
Jumlah tank: 2.330 unit
jumlah personil angkatan laut: 60 ribu
Jumlah senjata: 10.303.000 pucuk
Biaya militer: 21 miliar dollar AS
No comments:
Post a Comment