YOU CAN GET ALL

Monday 15 November 2010

Dahsyatnya Kerugian Ekonomi Akibat Merapi

untaianberita


Letusan gunung Merapi telah memukul perekonomian Yogyakarta.
SELASA, 16 NOVEMBER 2010, 06:44 WIB Heri Susanto, Nur Farida Ahniar

VIVAnews - Letusan gunung Merapi di Yogyakarta belum berlalu, kendati aktivitas vulkaniknya mulai menurun. Status awas bencana masih ditetapkan dengan radius hingga 20 kilometer.

Letusan gunung Merapi bukan sekedar membuat puluhan ribu orang mengungsi. Namun, letusan ini telah menimbulkan korban ratusan orang meninggal. Sejauh ini, total korban tewas mencapai hampir 200 orang, yang mencakup wilayah Sleman dengan korban terbanyak 163 orang, kemudian Magelang 17 orang, Boyolali 3 orang, da Klaten 15 orang.

Secara ekonomi, Bank Indonesia mencatat letusan Merapi telah berdampak langsung terhadap perekonomian secara keseluruhan di kabupaten Sleman, terutama di Kecamatan yang dalam jangkauan bahaya radius sampai dengan 20 km dari puncak, yaitu di kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan dan Ngemplak. Empat kecamatan ini merupakan pusat budidaya peternakan sapi perah, pusat tanaman salak, holtikultura semusim dan pariwisata.

"Dampak tidak langsung adalah terpukulnya perekonomian Yogyakarta yang didominasi sektor pariwisata, jasa-jasa dan pertanian serta industri," demikian laporan BI.

Menurut catatan BI, kerugian materiil langsung maupun tidak langsung cukup besar. Berikut ini perinciannya:

a. Sektor Pertanian :
• Sub sektor tanaman holtikultura semusim, perkebunan salak, perikanan dan peternakan terganggu dengan perkiraan total kerugian mencapai Rp 247 miliar terutama pada salak pondoh yang rugi Rp 200 miliar.
• Terdapat sekitar 900 UMKM di Sleman dari 2500 UMKM untuk sementara berhenti total. Kebanyakan usahannya adalah peternakan, holtikultura dan kerajinan.
• Sejumlah 1.548 ekor ternak tewas. Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, menginformasikan pada Kamis (11/11/10), jumlah ternak yang mati akibat erupsi merapi mencapai 1.548 ekor. Dari jumlah itu, sapi perah yang mati mencapai 1.221 ekor, sapi potong 147 ekor, kambing atau domba 180 ekor. Sementara selebihnya kebanyakan ditampung di Tirtomartani, Kec. Kalasan dan Wedomartani, kec Ngemplak.
• Di sektor perikanan kerugian diperkirakan cukup besar, yaitu sekitar 1.272 ton.
b. Sektor transportasi:
• Transportasi udara : Penutupan Bandara Adisucipto yang ditetapkan oleh Departemen Perhubungan sampai dengan tanggal 15 November 2010 menyebabkan jumlah penerbangan dan jumlah penumpang pesawat turun. Terdapat 23 penerbangan domestik dan 3 penerbangan internasional perhari terhenti atau diperkirakan terdapat pengurangan jumlah penumpang sekitar 58.300 penumpang selama 11 hari (per hari rerata 5.300 penumpang). Setelah bandara dibukapun diperkirakan penerbangan masih belum optimal.
• Transportasi darat : transpotasi darat terpukul karena jumlah kunjungan wisatawan turun drastik. Rental mobil yang biasanya ramai mengalami pukulan cukup berat.
c. Sektor Pariwisata: Kunjungan wisatawan berkurang ataupun sebagian menunda, banyak event yang semula akan dilaksanakan di Yogyakarta banyak yang dialihkan pelaksanaannya (nasional maupun internasional), tingkat hunian hotel turun 70% dari rata-rata tingkat hunian 70% menjadi 30% dan ada yang kurang. Hal ini memberikan dampak pada penurunan penjualan produk kerajinan, usaha kuliner, usaha transportasi turun, dll.
d. Sektor Jasa: lebih terkait dengan penurun kinerja di sektor pariwisata.
e. Sektor Konstruksi: terdapat 2.271 rumah rusak.

No comments:

Post a Comment